Steven. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

What do you think about my blog?

New online shop...

Hey everybody.. long time no chat..
Today i want to announce about my new online shop.. "DeliciouS Store"...
This time, we'll be more professional to serve our customers and also we have some new products that may attract your attention... So, Visit our blog and take a look... =D
http://delicious-store.blogspot.com/

Thank you.. =D

Read More..
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

An introduction about my online shop... "Gestalt Shop"

Welcome to KnowPs1chol0gy...!!!

With this post, i want to declare to all of you about my online shop.. "Gestalt Shop"
Please take a look and if there's some products that make you interested, just contact me... Remember.. don't be shy to ask... these are some of my products...


Android Speaker Special (For BB, PC, Laptop, Netbook, FM Radio) => recommended product..


Android Speaker (Only for PC/Laptop)


Android Flashdisk 4 GB


I-phone Pillow (Size: 40cm*20cm*13cm)


Unique Lamp (Tersedia 3 bentuk unik seperti gambar diatas)

Unique Eyeclock (Jam Meja yang benar-benar unik)


Those are some of my products.. For more information about the price and the specification, you can contact me at my shop account... Gestalt Shop  <==(just click the name and you will go to my online shop.. ^^.. there has my phone number too, so you can contact me anytime).. 
Or you can comment in this post...
And this is a link to go to my albums "Gestalt Albums"

Thank You.... Your trust is our pride... =)

Read More..
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Pengembangan TIK di SMA Sutomo 2

Tugas Mini Proyek Kelompok 6
Steven (10-025)
Vivian Felicia (10-043)
Vera Gandhi (10-057)

Topik: Peran teknologi sebagai media belajar pada siswa SMA
Judul: Pengembangan TIK di SMA Sutomo 2

PERENCANAAN

Pendahuluan
Ilmu pengetahuan dan teknologi sudah berkembang pesat pada zaman sekarang ini dalam berbagai hal, baik untuk bisnis, pendidikan, pertemanan, dan sebagainya. Hal ini berkaitan dengan semakin majunya peradaban umat manusia. Menyadari pentingnya hal tersebut, topik yang akan diangkat dalam penelitian kali ini adalah “Peran teknologi sebagai media belajar pada siswa SMA”.

Adapun topik tersebut dipilih karena peran teknologi tidak terlepas dari dunia pendidikan sekarang ini. Dari tahun ke tahun, dunia pendidikan semakin dimodifikasi berhubungan dengan kemajuan teknologi. Contohnya saja pada tahun 90-an, sekolah-sekolah belum menggunakan komputer sebagai salah satu media belajar. Berbeda pada awal 2000-an dimana sedikit demi sedikit komputer sudah diperkenalkan dalam dunia pendidikan dan digunakan sebagai media belajar. Semakin berkembangnya zaman, kita sendiri tahu bahwa sekarang ini, hampir setiap sekolah (walaupun tidak semuanya) telah menggunakan komputer sebagai salah satu media belajarnya. Baik sebagai salah satu mata pelajaran praktikum, digunakan dalam membuat tugas, bahkan sebagai media berkomunikasi dengan guru maupun teman sebaya. (Santrock, J.W. 2008. Psikologi Pendidikan)

Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah murid kelas 2 SMA Sutomo 2 Medan. Sekolah ini dipilih karena teknologi yang disediakan sudah cukup memadai. Adapun teori yang dirumuskan oleh UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) mengenai 4 pendekatan dalam pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) meliputi emerging approach, applying approach, integrating approach, dan transforming approach.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar peran teknologi telah berkembang di sekolah tersebut serta mengetahui tahap pendekatan mana yang telah dicapai oleh sekolah sesuai dengan teori yang telah dirumuskan oleh UNESCO tersebut.

Landasan Teori
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berdampak positif pada semakin terbukanya dan tersebarnya informasi dan pengetahuan dari dan ke seluruh dunia menembus ruang dan waktu. Adapun dampak negatifnya masuknya nilai, norma, aturan dan moral kehidupan negara luar ke dalam negeri ini. Menghadapi kenyataan ini, maka peran pendidikan sangat penting untuk mengembangkan dampak positif dan meminimalkan dampak negatifnya. Pendidikan merupakan sebuah proses akademik yang tujuannya untuk meningkatkan nilai sosial, budaya, moral, maupun agama peserta didik; juga mempersiapkan peserta didik menghadapi tantangan dan pengalaman dalam kehidupan nyata. Adapun peran pengajar disini adalah berusaha mengarahkan peserta didik agar mampu memaksimalkan pengetahuan dan keterampilannya.

Menurut buku Santrock, jika murid ingin siap kerja, teknologi harus menjadi bagian yang integral dari sekolah dan pelajaran di kelas. Orang menggunakan komputer, bolpoin, surat, dan telepon untuk berkomunikasi. Hal ini merupakan revolusi teknologi. Masyarakat masih mengandalkan beberapa keahlian nonteknologi mendasar seperti keterampilan berkomunikasi, kemampuan memecahkan masalah, berpikir mendalam, berpikir kreatif, dan bersikap positif. Akan tetapi, di dunia yang kini berorientasi pada teknologi, kompetensi orang makin ditantang dan diperluas dengan cepat (Bitter & Pierson; Collis & Sakamoto, 1996; Nickerson, 2000).

Karena alasan-alasan tersebut, sekolah-sekolah sudah mulai mengembangkan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam sistem kurikulumnya. Para ahli mendefinisikan berbagai pendekatan dalam pengembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk pendidikan. Pendekatan ini dihubungkan dengan situasi di sekolah tertentu di semua level khususnya tingkat SMA yang berhubungan dengan pertumbuhan TIK dalam sistem persekolahan. Suatu sekolah dapat menentukan model pendekatan sendiri sesuai dengan kondisi sekolahnya. Masing-masing sekolah harus berupaya untuk menemukan dan mengembangkan satu pendekatan yang cocok sesuai dengan potensi yang dimiliki sekolah, sebab pendekatan pengembangan TIK memberikan kontribusi berarti terhadap pengembangan kemajuan pendidikan di masa yang akan datang.

Penerapan TIK di sekolah memerlukan pendekatan yang tepat dengan tujuan, kondisi dan kemampuan sekolah. Hal ini karena penerapan TIK memerlukan dukungan baik dari faktor sumber daya beserta faktor sarana dan fasilitas pendukung. Setiap pendekatan TIK termasuk di dalamnya adalah visi, misi, tujuan, pengembangan perencanaan, fasilitas yang dibutuhkan, metode pembelajaran dan sistem evaluasi. Hal ini sejalan dengan rumusan UNESCO (Santrock, J.W. 2008. Psikologi Pendidikan) dimana terdapat 4 pendekatan dalam pengembangan TIK di sekolah, yang meliputi :

1. Emerging Approach
Pendekatan ini merupakan langkah awal dalam mengembangkan langkah-langkah TIK disekolah. Sekolah mulai menyediakan beberapa peralatan dan beberapa perangkat lunak (software). Pada tahap awal ini, pengelola sekolah serta guru memulai untuk mengkaji konsekuensi dan berbagai kemungkinan penerapan TIK pada kurikulum sekolah. Pada tahap ini, sekolah masih memegang sistem pembelajaran teacher-centred yang sifatnya tradisional. Misalnya, para guru memberi materi dengan menyediakan materi dan para peserta didik hanya mendengarkan dan mencatat materi yang telah ditentukan.

2. Applying Approach
Pendekatan ini berhubungan dengan sekolah dimana kontribusi TIK terhadap aspek pembelajaran telah berkembang. Tahap ini sudah satu langkah lebih maju dimana TIK telah dijadikan sebagai objek untuk dipelajari. Pada tahap ini para guru dan pengembang menggunakan TIK untuk berbagai tugas dalam hal manajemen sekolah dan pelaksanaan kurikulum. Misalnya, guru memberikan pelajaran dengan menerapkan TIK, seperti dengan melalui program presentasi dan word-processed. Para peserta didik dapat mengakses teknologi menggunakan satu atau dua komputer di kelas dan di laboratorium komputer. Pada tahap ini TIK belum terintegrasi dengan kurikulum.

3. Integrating Approach
Pendekatan ini ditandai dengan keadaan sekolah yang sudah dilengkapi perangkat teknologi yang menyatu dengan laboratorium, kelas, dan kantor administratif. Pengembang TIK di sekolah mengembangkan cara baru yang produktif untuk pengembangan TIK secara profesional. Pada tahap ini, TIK telah diintegrasikan ke dalam kurikulum (pembelajaran). Kurikulum sudah menggabungkan mata pelajaran dalam sebuah aplikasi dunia nyata. Misalnya, materi disajikan dalam berbagai sumber yang melibatkan masyarakat dan sumber daya global melalui internet. Para peserta didik mengakses teknologi dengan menggunakan dan menjadikannya sebagai alat untuk menunjukkan pengetahuannya dalam penguasaan materi pelajaran. Dalam model ini sekolah mulai melibatkan masyarakat dan lingkungan sebagai sumber belajar.

4. Transforming Approach
Pendekatan ini dihubungkan dengan sekolah yang telah menggunakan TIK secara kreatif untuk mengevaluasi dan memperbaharui organisasi sekolah. Tahap ini merupakan tahap yang paling ideal dimana TIK telah menjadi katalis bagi perubahan/evolusi pendidikan. Fokus kurikulum adalah learner-centred dan mengintegrasikan materi pelajaran kedalam aplikasi dunia nyata. Misalnya, para peserta didik dapat berpartisipasi bekerja dengan para pemimpin masyarakat untuk memecahkan permasalahan lokal dengan mengakses, menganalisa, melaporkan dan mempresentasikan informasi dengan perangkat TIK. Pada pendekatan ini, sekolah telah menjadi suatu pusat pembelajaran bagi masyarakat.

Berdasarkan teori-teori yang telah dikemukakan diatas, kelompok kami ingin mengetahui sejauh mana pendekatan pengembangan TIK yang telah diterapkan oleh SMA Swasta Sutomo 2 Medan sesuai dengan rumusan yang dikeluarkan oleh UNESCO.

Alat atau Bahan
  1. Kuesioner sebagai alat ukur tes
  2. Printer untuk mencetak kuesioner
  3. Kamera untuk dokumentasi
  4. Snack sebagai reward

Analisis Data
Data yang didapatkan terdiri dari 20 item yang mencakup 4 pendekatan dengan masing-masing pendekatan berjumlah 5 item. Data diolah dengan statistik deskriptif menggunakan tendency central berupa modus. Kesimpulan ditarik berdasarkan item yang paling banyak dipilh yang kemudian akan menunjukkan pendekatan TIK yang telah dikembangkan oleh sekolah Sutomo 2.

Objek atau Subjek
Data diambil di sekolah SMA Sutomo 2 Medan dengan subjek penelitian adalah murid SMA Sutomo 2. Populasi murid SMA di sekolah Sutomo 2 berjumlah sekitar 500 orang, sedangkan sampel yang digunakan berjumlah 30 orang yang diambil dari kelas XI-IPA1.

Jadwal Pelaksanaan

  • 5 April 2011     : penentuan topik dan judul
  • 12 April 2011   : Menentukan asumsi teori yang dipilih
  • 19 April 2011   : Menyusun pendahuluan, landasan teori, kuesioner, serta alat dan bahan
  • 26 April 2011   : Menanyakan ketersediaan sekolah Sutomo 2 untuk diteliti
  • 30 April 2011   : Meminta surat izin fakultas
  • 2 Mei 2011       : Berdiskusi dengan Bu Dina mengenai teori yang dipilih
  • 3 Mei 2011      : 1) Berdiskusi dan memperoleh bimbingan Bu Dina mengenai penelitian. 2) Mendapat izin dari sekolah Sutomo 2 dan menentukan hari yang dipilih untuk melakukan penelitian
  • 6 Mei 2011       : Melakukan penelitian ke sekolah Sutomo 2
  • 9 Mei 2011       : Menganalisis data

Kalkulasi Biaya
  1. Biaya print kuesioner : Rp 4.000,-
  2. Biaya fotokopi kuesioner : Rp 15.000,-
  3. Biaya transportasi: Rp 20.000,-
  4. Biaya snack : Rp 16.000,-

PELAKSANAAN

Penelitian dilakukan pada tanggal 6 Mei 2011 ke sekolah SUTOMO 2. Kelompok berangkat dari rumah masing-masing jam 9 pagi dan sampai di sekolah Sutomo 2 jam 10. Sebelum memasuki gerbang sekolah kelompok memeriksa terlebih dahulu barang-barang yang telah dipersiapkan untuk melakukan penelitian, berupa kuesioner, snack dan kamera. Setelah semuanya lengkap, kelompok memasuki gerbang sekolah dan meminta izin kepada satpam untuk bertemu dengan guru BP. Sesampainya di ruang BP, kelompok diminta menunggu sebentar karena pada jam itu sedang jam istirahat sehingga para siswa yang ingin diteliti tidak berada di tempat.

Setelah bel tanda pelajaran dimulai, kelompok dibawa oleh guru BP ke ruangan kelas XI-IPA1. Awalnya, guru BP memasuki ruangan kelas terlebih dahulu dan menjelaskan sedikit mengenai kegiatan penelitian kelompok. Kemudian setelah selesai, kelompok dipersilahkan masuk dan kelompok diperkenalkan oleh guru BP kepada para murid. Setelah perkenalan, guru BP meninggalkan kelompok di ruangan kelas tersebut dan kelompok mulai menjelaskan prosedur penelitian. Sementara salah seorang dari anggota kelompok menjelaskan prosedur, anggota yang lain mulai membagikan kuesioner kepada para murid dan yang lainnnya mengambil foto untuk dokumentasi. Setelah prosedur selesai dijelaskan, murid-murid dipersilahkan untuk mengisi kuesioner tersebut. Sepuluh menit kemudian, kuesioner mulai yang telah diisi mulai dikumpulkan dan kelompok memberikan snack sebagai reward kepada para murid yang telah mengisi kuesioner. Akhir kata, kelompok mengucapkan terima kasih kepada mereka atas ketersediaan mereka untuk mengisi kuesioner.

Setelah selesai, kelompok pun keluar dari kelas dan bertemu dengan wali kelas mereka. Kelompok pun berjabat tangan dan mengucapkan terima kasih serta berfoto dengan beliau. Terakhir, kelompok pun mengabadikan beberapa foto didalam dan disekitar sekolah Sutomo 2.


PELAPORAN dan EVALUASI

Laporan
Dari data yang diperoleh dari 30 sampel, didapatkan:
  • Tidak ada satu orangpun yang menyatakan bahwa Pengembangan TIK di Sekolah SMA Sutomo 2 sampai pada tahap Emerging Approach.
  • 27 orang menyatakan bahwa Pengembangan TIK di Sekolah SMA Sutomo 2 sudah sampai pada tahap Applying Approach.
  • 3 orang menyatakan bahwa Pengembangan TIK di Sekolah SMA Sutomo 2 sudah berada pada tahap Integrating Approach.
  • Tidak ada satu orangpun yang menyatakan bahwa Pengembangan TIK di Sekolah SMA Sutomo 2 sudah sampai pada tahap Transforming Approach.

Dari data-data yang diperoleh tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar sampel (30 murid SMA Sutomo 2) menyatakan bahwa pengembangan TIK di sekolahnya, yaitu SMA Sutomo 2, sudah sampai pada tahap Applying approach. Kesimpulan ini ditarik berdasarkan modus yang didapatkan dari data-data tersebut.


Desain Poster




Bagian poster yang di-zoom:
Landasan Teori

Objek dan tujuan penelitian

Pelaksanaan

Laporan

Testimoni


Evaluasi
Tugas mini proyek ini seharusnya mulai dilakukan pada bulan Februari, namun karena adanya beberapa halangan sepertinya banyaknya tugas dari mata kuliah lain, adanya ujian tengah semester, hingga kurangnya waktu berkomnukasi antar anggota kelompok, maka tugas mini proyek ini pun sempat terbengkalai. Akhirnya setelah selesai UTS pada awal bulan April, kelompok baru memiliki waktu untuk memulai tugas proyek ini.

Perencanaan awal yang dilakukan sudah cukup matang dan terstruktur, tetapi dalam pelaksanaannya terjadi beberapa penyimpangan. Misalnya penelitian diharapkan dapat dilaksanakan pada tanggal 3 Mei, tetapi sekolah Sutomo 2 menetapkan tanggal 6 Mei. Pada hari H-nya, waktu yang diberikan oleh sekolah untuk memasuki kelas hanya 10 menit, padahal waktu yang diharapkan adalah 20 menit. Hal ini menyebabkan penjelasan yang disampaikan kepada sampel menjadi lebih sedikit dan tidak ada basa-basi lagi. Sample terlihat berantusias mengisi kuesioner yang diberikan, meskipun ada satu-dua sampel yang mengerjakannya dengan wajah merengut (mungkin karena tidak tahu harus memilih jawaban yang mana). Walaupun reward yang diberikan bukanlah seseuatu yang mahal, tetapi sampel cukup senang saat menerimanya.

Ada juga beberapa kendala dalam perhitungan data seperti item yang diharapkan terisi semua malah ada beberapa siswa yang mengosongkan beberapa item. Untunglah kelompok mengambil sampel sebanyak 32 orang, sehingga adanya beberapa item yang tidak terisi beberapa siswa tidak disertakan dalam penghitungan data.

Dari segi perkiraan biaya juga terjadi sedikit penyimpangan. Dalam kalkulasi biaya, kami hanya memprediksi akan mengeluarkan Rp. 55.000,- sedangkan setelah dilakukan pelaksaannya ternyata biayanya melebihi dari yang dikalkulasikan sebelumnya yaitu Rp. 63.000,-. Secara keseluruhan, penelitian ini telah berjalan dengan lancar meskipun terdapat beberapa kendala dan hambatan dalam pelaksanaannya.

Testimoni
“Pengerjaan proyek ini benar-benar menguras tenaga dan waktu. Mungkin hal ini karena kami agak telat mengerjakannya. Bahkan, sempat terjadi konflik antara kami bertiga. Tapi hasilnya cukup memuaskan dan kami sangat menikmati proses pengerjaanya, baik suka maupun duka. Yang jelas, pengerjaan tugas mini proyek ini memberikan pengalaman pertama yang sangat bermanfaat yang akan sangat membantu kami ke depannya.”
  • Steven : Tugas mini proyek ini susah-susah gampang. Walaupun pengerjaannya cukup sulit, namun hasilnya cukup memuaskan dan ini menjadi pengalaman yang berharga.
  • Vera Gandhi : Walaupun output dari tugas penelitian ini hanya berupa selembar poster tetapi perencanaan dan prosesnya memakan waktu yang sanggggaaaatttt lama. Kekompakan antar anggota juga benar-benar diuji.
  • Vivian Felicia: Mini proyek ini merupakan tugas pertama yang melibatkan penelitian dan kuesioner. Benar-benar banyak pengalaman baru dan menyenangkan yang didapat dari penelitian ini.

Dokumentasi



Video yang diambil ketika pelaksanaan

Diskusi bagian perencanaan di kantin Psikologi

Diskusi bagian perencanaan di kantin Psikologi

Hasil kuesioner yang telah dicetak

Foto di sekolah sutomo 2 sesaat setelah pengambilan data

Foto murid-murid SMA yang sedang mengisi kuesioner

Pemberian reward kepada murid-murid SMA Sutomo 2 yang telah mengisi kuesioner

Mengamati murid-murid yang sedang mengisi kuesioner

Mengamati murid-murid yang sedang mengisi kuesioner

Murid mengembalikan kuesioner yang telah diisi

Foto bersama wali kelas

Foto bersama di luar sekolah

Foto bersama di luar sekolah

Kuesioner halaman pertama

Kuesioner halaman kedua

Daftar Pustaka:
Santrock., J.W. (2008). Psikologi Pendidikan (edisi kedua). Jakarta: Prenada Media Group
Munir., (2008). Kurikulum berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Bandung: Alfabeta

Read More..
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Apa itu Andragogi??

Kata Andragogi mungkin sangat jarang didengar sehingga banyak orang yang tidak mengetahui apa itu sebenarnya andragogi. Oleh karena itu, pada postingan kali ini, penulis akan menjelaskan mengenai andragogi. Enjoy it.. =)

Andragogi diartikan sebagai seni dan ilmu yang bertugas untuk membantu dewasa belajar. Dengan kata lain, andragogi adalah program pendidikan untuk orang dewasa. Perbaikan kondisi sosial dan ekonomi masyarakat Indonesia, dan kemajuan-kemajuan teknologi umumnya, memberi dorongan dan kesempatan orang dewasa untuk kembali belajar, baik meneruskan pendidikan yang dirasa belum selesai, maupun belajar hal-hal baru (autodidak). Pendidikan orang dewasa ini penting dalam membantu orang dewasa belajar kembali, seperti melalui pelatihan atau kursus, untuk dapat meningkatkan kemampuan mereka.

Pendidikan bagi orang dewasa perlu disusun sedemikian rupa agar memberi pengalaman-pengalaman yang dapat mencapai tujuan pendidikan. Adapun empat hal yang perlu diperhatikan adalah:
  1. membantu peserta didik agar mempunyai motivasi untuk berubah. Dalam hal ini, Orang tidak akan belajar apa-apa kecuali jika mereka siap dan termotivasi untuk belajar. Oleh karena itu, sangat diperlukan motivasi dari diri mereka sendiri agar proses belajar bisa berjalan lancar dan efektif. Adapun cara meningkatkan motivasi peserta didik adalah menciptakan suasana belajar yang positif dan Mendorong keinginan belajar dan menerapkan hasil belajar. Dalam hal menciptakan suasana belajar yang positif, perlu diciptakan suasana belajar yang aktif dan haruslah berfokus pada peserta didik (learner centered). Selain suasana belajar, yang perlu diperhatikan agar bisa memelihara motivasi belajar adalah materi pelajaran, format pelajaran, urutan pelajaran, sikap, pandangan, dan prioritas terhadap pelajaran.
  2. membantu peserta didik untuk mencerna informasi dan pengalaman secara efektif. Dalam hal ini, kita perlu memahami cara pengolahan informasi yang mereka terima. Hal tersebut karena belajar tidak akan terjadi tanpa informasi.
  3. membantu peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, nilai-nilai dan sikap, atau ide-ide kreatif. Setelah mendapatkan pengetahuan-pengetahuan yang mereka perlukan, peserta didik harus mengembangkannya ke arah yang lebih baik dengan kreativitas yang mereka miliki.
  4. membantu peserta didik untuk mentransfer hal-hal yang dipelajari agar diterapkan dalam kehidupan nyata atau kehidupan sehari-hari. Setelah pengetahuan/ketrampilan diperoleh, maka peserta didik harus mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.


Daftar Pustaka:
Sukadji, S. (2000). Psikologi pendidikan dan psikologi sekolah. Depok: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) Fakultas Psikologi Universitas Indonesia

Read More..
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Kesan terhadap Olahraga Pagi di mata kuliah Psikologi Pendidikan

Mendengar kata olahraga pagi tersebut tentu Anda sangat penasaran olahraga pagi seperti apa sih yang kita lakukan. Sebenarnya ini bukan olahraga pagi seperti Senam Kesegaran Jasmani. Akan tetapi, ini adalah olahraga pagi untuk merangsang kondisi psikologis kita supaya tidak terlalu tegang dan bisa relaks ketika belajar. Olahraga itu adalah bergerak-gerak di dalam ruang kuliah sesuai ritme musik yang dimainkan oleh laptop dosen.

Pada awalnya, kami semua disuruh untuk membentuk suatu lingkaran dengan saling berpegang tangan dengan teman disamping. Awalnya tentu saja semua segan ketika disuruh untuk berpegangan tangan. Istilahnya malu-malu kucing. Tapi pada akhirnya, semua tetap berpegangan tangan. Kami semua disuruh untuk mendengarkan dengan baik-baik ritme musik yang dimainkan dan bergerak sesuai ritmenya. Adapun gerakan yang harus diperagakan adalah bergerak ke depan, ke belakang, ke kanan, lalu menekukkan kaki. Gerakan-gerakan tersebutlah yang harus diperagakan terus menerus. Akan tetapi, ritme lagu yang dimainkan berubah-ubah. Bisa tiba-tiba cepat, bisa juga tiba-tiba lambat. Hal inilah yang sangat menyenangkan karena banyak orang yang salah-salah sehingga kami semua bisa tertawa bersama-sama.

Setelah beberapa kali kami melakukan gerakan-gerakan dalam formasi yang sama, akhirnya dosen membagi kami dalam 2 lingkaran dan dalam setiap lingkaran dipilihlah seorang komando untuk menginstruksikan kepada kami kapan harus bergerak dan kapan harus berhenti. Lalu dimainkan kembalilah musik tersebut dan kami semua mulai bergerak. Diluar dugaan, gerakan kali ini bahkan jauh lebih kompak dari sebelumnya. Jujur saja, saya sangat menikmati gerakan-gerakan yang kami semua lakukan karena semua gerakannya kelihatannya sangat menyatu dan sangat enak dipandang.

Kesan yang cocok untuk kegiatan ini digambarkan dalam beberapa kata, yaitu Fun, Unexpected, Teamwork, Concentration. 4 kata tersebut tentu mengandung arti-arti tersendiri.

  • Fun : Kegiatan ini sangat menyenangkan sehingga membuat kami sangat relaks. Dengan kondisi yang relaks tersebutlah, diharapkan kami bisa menerima dengan baik apa yang disampaikan oleh dosen karena emosi sangat berpengaruh pada cara persepsi dan proses kognitif.
  • Unexpected: Kegiatan ini benar-benar diluar dugaan. Saya tidak pernah menyangka bahwa pada kuliah kali ini akan dilakukan kegiatan yang menyenangkan seperti ini. Sehingga kegiatan ini seperti sebuah surprise bagi saya yang semakin memacu ketertarikan saya terhadap mata kuliah psikologi pendidikan.
  • Teamwork: Walaupun ini cuma games yang kelihatannya biasa, tapi sebenarnya kegiatan ini memerlukan kerja sama yang baik. Karena kami semua harus menyesuaikan gerakan semua anggota kelompok kami. Dengan kegiatan ini, kerja sama kami sebagai mahasiswa fakultas Psikologi angkatan 2010 pun semakin kompak.
  • Concentration. Permainan ini sebenarnya sangat membutuhkan konsentrasi yang sangat tinggi. Mengapa tidak? Kami harus mendengarkan dengan baik ritme musik yang dimainkan agar kami bisa mengikutinya dengan baik. Selain itu, kondisi microphone yang suaranya kecil dan suasana kelas yang ramai semakin membuat kami sulit mendengar ritme musik tersebut. Jadi, pikiran kami benar-benar harus terfokus pada musiknya dengan baik.

Sebenarnya kegiatan tersebut dapat dihubungkan dengan teori psikologi pendidikan. Salah satunya adalah perspektif behavioral mengenai motivasi. Pada perspektif ini, disebutkan istilah insentif yang pengertiannya adalah peristiwa atau stimuli positif atau negatif yang dapat memotivasi perilaku murid. Pendukung penggunaan insentif menekankan bahwa insentif dapat menambah minat atau kesenangan pada pelajaran, dan mengarahkan prilaku yang tepat dan menjauhkan mereka dari prilaku yang tidak tepat (Emmer dkk., 2000). Dalam perkuliahan tadi, kegiatan olahraga pagi itulah yang menjadi insentif buat kami yang bertujuan untuk merangsang semangat kami dalam mengikuti pelajaran yang akan diberikan oleh dosen sehingga diharapkan kami bisa menjadi lebih aktif.

Read More..
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Apakah Tujuan dari Bimbingan di TK dan SD???

Pada posting sebelumnya, yaitu "Apa itu Bimbingan Sekolah??" telah dijelaskan mengenai pengertian dari bimbingan, tujuan umum dari bimbingan dan kapan bimbingan itu diperlukan. Pada posting kali ini, penulis akan membahas tentang "Apa sih tujuan utama dari bimbingan di Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar??"
Enjoy it... =)


Seperti yang kita tahu, bimbingan bisa diartikan sebagai bantuan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain dalam membuat keputusan yang bijaksana dan dalam penyesuaian diri, serta dalam memecahkan masalah kehidupan mereka. Program Bimbingan di berbagai jenjang pendidikan sama-sama berperan penting. Oleh karena itu, program bimbingan di TK dan SD yang terorganisasi sama pentingnya dengan program bimbingan di sekolah-sekolah lanjutan. Bimbingan sekolah pada umumnya dilakukan oleh seorang psikolog sekolah dan biasanya tugas psikolog sekolah dalam berbagai jenjang pendidikan hampir sama, tetapi bukan berarti tidak memiliki perbedaan. Perbedaannya terletak antara lain pada segi usia siswa dan orangtuanya, dan perbedaan komponen-komponen pendidikan lainnya, seperti kurikulum dan metode pengajaran serta kemampuan kognitif anak seiring dengan perkembangan umur. Perlu diingat bahwa program bimbingan merupakan pelayanan yang bersifat positif dan bukan bersifat korektif. Bimbingan-bimbingan di taman kanak-kanak dan sekolah dasar sangatlah penting dalam membantu anak didik untuk bisa memahami diri sendiri yang berkaitan dengan kebutuhan dirinya sendiri dan yang berkaitan dengan kebutuhan lingkungannya. Pemahaman mengenai diri sendiri ini perlu bagi anak didik sebelum mencapai sekolah lanjutan. Bimbingan yang dimulai sejak dini, membantu anak menyesuaikan diri terhadap berbagai situasi baru, yang diikuti dengan meningkatnya kemampuan menerapkan pemahaman diri sendiri tersebut untuk memecahkan masalah-masalah yang akan dihadapi di kemudian hari.

Adapun tujuan utama bimbingan di Taman Kanak-kanak adalah:
  1. Membantu anak agar anak dapat membantu dirinya sendiri untuk mengadakan penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial,
  2. Membantu anak agar mampu melewati masa-masa transisi dari lingkungan keluarga/rumah ke lingkungan teman sebaya dan guru/sekolah; dari suasana bebas ke suasana disiplin dan menghargai hak orang lain.

Kedua hal diatas merupakan tujuan utama dari bimbingan sekolah di Taman Kanak-kanak. Sedangkan, tujuan utama dari bimbingan di Sekolah Dasar adalah sebagai berikut:
  1. Membantu anak menguasai bahan ajaran tuntutan kurikuler,
  2. Membantu anak dalam membuat pilihan dan menentukan bahan ajaran yang cocok,
  3. Membantu anak memiliki sikap-pandangan belajar yang mendukung,
  4. Membantu anak mempunyai pola tingkah laku belajar yang mendukung,
  5. Membantu anak dalam menumbuhkan disiplin belajar anak dan terlatih,
  6. Membantu anak dalam memilih teman bergaul dan membentuk kelompok-kelompok belajar yang serasi,
  7. Membantu anak dalam rangka mengadakan penyesuaian hidup berkelompok yang menunjang belajar, dan
  8. Membantu anak dalam memecahkan masalah-masalah belajar yang dihadapi murid.

Dari penjelasan-penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa bimbingan pada jenjang pendidikan TK dan SD cukup penting dan sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas anak didik dan kesejahteraan mereka.

Daftar Pustaka:
Sukadji, S. (2000). Psikologi pendidikan dan psikologi sekolah. Depok: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) Fakultas Psikologi Universitas Indonesia

Read More..
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Perbedaan Psikologi Pendidikan dengan Psikologi Sekolah

Istilah psikologi pendidikan dan psikologi sekolah seringkali disamakan oleh masyarakat. Padahal sebenarnya keduanya mempunyai perbedaan yang mendasar. Psikologi pendidikan adalah cabang ilmu psikologi yang mengkhususkan diri pada pemahaman tentang proses belajar dan mengajar dalam lingkungan pendidikan. Sedangkan, psikologi sekolah adalah merupakan wilayah dari terapan ilmu psikologi, yaitu di sekolah.


Dari pengertian tersebut, maka dapat dilihat perbedaan antara keduanya bahwa psikologi pendidikan mempelajari bagaimana manusia belajar dalam setting pendidikan, bagaimana anak-anak belajar, mengingat dan berpikir, bagaimana proses mental mereka berkembang selama proses pembelajaran, keefektifan sebuah pengajaran, cara mengajar, dan pengelolaan organisasi sekolah. Sebaliknya, psikologi sekolah berusaha menciptakan situasi yang mendukung bagi anak didik di sekolah dalam mengembangkan kemampuan akademik, sosialisasi, perilaku dan emosinya. Dengan kata lain, psikologi sekolah hanya berfokus pada kegiatan pembelajaran di sekolah, sedangkan psikologi pendidikan jauh lebih luas dibandingkan psikologi sekolah dan tidak terbatas pada lingkungan sekolah saja melainkan berfokus pada proses atau setting pembelajaran pada setiap individu pada umumnya guna meningkatkan kualitas penyerapan dan penerapan ilmu yang didapatkan individu.

Psikolog Pendidikan
Psikolog pendidikan mempelajari bagaimana seharusnya suatu program pendidikan dilaksanakan. Psikolog pendidikan biasanya membantu anak-anak atau orang muda yang mengalami masalah dalam pengaturan pendidikan dengan tujuan meningkatkan proses belajar mereka. Dalam menghadapi anak-anak tantangannya mencakup masalah sosial, emosional, atau kesulitan belajar. Psikolog pendidikan juga mempelajari manusia, khususnya pada bidang perkembangan belajar individu. Psikolog pendidikan biasanya melakukan penelitian guna mengembangkan kualitas pendidikan seorang anak ataupun bagaimana kualitas pendidikan yang seharusnya diberikan pada anak sesuai dengan usia mereka karena apabila suatu ilmu diberikan pada umur anak yang tidak sesuai, maka akan timbul berbagai masalah. Psikolog pendidikan juga biasanya membuat suatu kualifikasi pada individu yang ingin menjadi guru.

Tugas-tugas Psikolog pendidikan
  1. Menilai kebutuhan belajar dan emosional dengan observasi dan konsultasi
  2. Mengembangkan dan mendukung program manajemen terapi dan perilaku
  3. Merancang dan mengembangkan kursus untuk orang tua, guru dan lain-lain yang terlibat dalam pendidikan anak-anak dan remaja mengenai kasus "bullying"
  4. Merancang dan mengembangkan proyek-proyek yang melibatkan anak-anak dan kaum muda 
  5. Menulis laporan untuk membuat rekomendasi formal tentang tindakan yang akan diambil, termasuk pernyataan formal
  6. Menasihati, negosiasi, membujuk dan mendukung guru, orang tua dan profesional pendidikan lainnya 
  7. Menghadiri pertemuan kasus yang melibatkan tim multi disiplin tentang cara terbaik untuk memenuhi kebutuhan sosial, emosional, perilaku dan pembelajaran anak-anak dan kaum muda dalam perkembangan mereka
  8. Mengutamakan efektivitas: konteks dan lingkungan yang mempengaruhi perkembangan anak dipandang sebagai faktor yang sangat penting
  9. Penghubung dengan profesional lain dan memfasilitasi pertemuan, diskusi dan kursus
  10. Mengembangkan dan mengkaji kebijakan
  11. Melakukan penelitian aktif
  12. Merumuskan intervensi yang berfokus pada penerapan pengetahuan, keterampilan dan keahlian untuk mendukung inisiatif daerah dan nasional
  13. Mengembangkan dan menerapkan intervensi yang efektif untuk mempromosikan kesejahteraan psikologis, sosial, perkembangan emosi dan perilaku dan untuk meningkatkan standar pendidikan 

Psikolog Sekolah
Psikolog sekolah berperan dalam membantu anak-anak maupun generasi muda dalam mencapai kesuksesan akademis, sosial, perilaku dan emosi mereka di lingkugan sekolah yang berguna untuk membentuk mind set anak didik mereka. Pada umumnya, mereka biasanya bekerja sama dengan para pendidik, orang tua, dan orang-orang lainnya yang terlibat di sekolah untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman, sehat dan mendukung yang memperkuat hubungan antara rumah dengan sekolah dan dengan seluruh komunitas murid-murid. Psikolog sekolah biasanya juga terlibat dalam menilai murid-murid apakah mereka membutuhkan bantuan, seperti konseling, terapi secara verbal, dan belajar dengan bantuan asisten guru didalam kelas. Psikolog sekolah biasanya juga menyelenggarakan atau melaksanakan latihan kepada para guru dan murid-murid dan mereka kadang-kadang juga berperan dalam melakukan seleksi masuk sekolah. Selain itu, psikolog sekolah juga bertugas mengidentifikasi murid apakah kemampuan mereka diatas rata-rata atau apakah mereka mempunyai pola perilaku tertentu seperti ADHD, dyslexia dan lain-lain. Dengan mengidentifikasi kasus-kasus tersebut, psikolog sekolah berhak untuk menentukan program pembelajaran seperti apa yang seharusnya dijalani oleh anak-anak tersebut, seperti program akselerasi, program pendidikan khusus, program pemberian perhatian yang lebih terhadap anak-anak tersebut, dan lain-lain.

Tugas Psikolog sekolah 
Dalam hal kaitannya dengan murid:
  1. Memberikan konseling, pengajaran, dan pendampingan bagi mereka berjuang dengan masalah sosial, emosi, dan perilaku
  2. Meningkatkan prestasi dengan memandang hambatan belajar dan menentukan strategi instruksional terbaik untuk meningkatkan pembelajaran
  3. Meningkatkan kesehatan dan ketahanan dengan memperkuat komunikasi dan keterampilan sosial, pemecahan masalah, pengontrolan kemarahan, self-regulation, self-determination, dan optimisme
  4. Meningkatkan pemahaman dan penerimaan beragam budaya dan latar belakang

Dalam hal kaitannya dengan murid dan keluarganya:
  1. Mengidentifikasi masalah belajar dan perilaku yang mengganggu keberhasilan di sekolah
  2. Mengevaluasi kelayakan untuk layanan pendidikan khusus
  3. Memberikan dukungan sosial, emosional, dan perilaku yang sehat kepada siswa
  4. Mengajarkan cara mengasuh yang baik dan meningkatkan kolaborasi rumah-sekolah
  5. Membuat arahan dan membantu mengkoordinasikan dukungan layanan komunitas

Dalam hal kaitannya dengan para guru:
  1. Mengidentifikasi dan menyelesaikan hambatan akademis untuk belajar
  2. Merancang dan mengimplementasikan sistem monitoring kemajuan siswa
  3. Mendesain dan melakukan intervensi akademis dan perilaku
  4. Mendukung instruksi individual yang efektif
  5. Menciptakan lingkungan kelas yang positif
  6. Memotivasi semua siswa untuk terlibat dalam pembelajaran

Dalam hal kaitannya dengan administrator:
  1. Mengumpulkan dan menganalisa data yang berhubungan dengan perkembangan sekolah, hasil yang didapatkan siswa, dan persyaratan akuntabilitas
  2. Melaksanakan program-program pencegahan pelebaran sekolah yang membantu mempertahankan iklim sekolah yang kondusif untuk belajar
  3. Mempromosikan kebijakan sekolah dan praktek yang menjamin keselamatan semua siswa dengan mengurangi kekerasan di sekolah, bullying, dan pelecehan
  4. Menanggapi krisis dengan menyediakan kepemimpinan, pelayanan langsung, dan koordinasi dengan pelayanan masyarakat yang dibutuhkan
  5. Merancang, melaksanakan, dan mengumpulkan dukungan untuk program sekolah kesehatan jiwa yang menyeluruh

Dalam hal kaitannya dengan Pelayanan masyarakat:
  1. Mengkoordinasikan penyerahan jasa kepada siswa dan keluarga mereka di dalam dan di luar sekolah
  2. Membantu proses transisi siswa baik menuju dan dari lingkungan sekolah dan komunitas pembelajaran, seperti perawatan perumahan atau program peradilan anak


Daftar Pustaka:
Santrock., J.W. (2008). Psikologi Pendidikan (edisi kedua). Jakarta: Prenada Media Group

Read More..
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Apa itu bimbingan sekolah???

Saat ini sering kali kita mendengar mengenai istilah guru BP di sekolah-sekolah. Tapi tidak semua orang tahu apa kepanjangan dari BP. BP merupakan kepanjangan dari Bimbingan penyuluhan. Jadi, guru BP itu seharusnya tugasnya adalah memberikan bimbingan kepada murid-murid yang ada di suatu sekolah. Sekarang muncullah pertanyaan baru. Sebenarnya apa sih bimbingan itu?? Apa sebenarnya tujuan dari bimbingan itu? Apa bimbingan itu sendiri sangat diperlukan?? Pada posting kali ini, penulis akan membahas mengenai hal-hal tersebut.


Bimbingan dapat diartikan sebagai bantuan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain dalam membuat keputusan yang bijaksana dan dalam penyesuaian diri, serta dalam memecahkan masalah kehidupan mereka. Bimbingan mengharapkan agar penerima bimbingan dapat berkembang mandiri dan mampu bertanggungjawab bagi dirinya sendiri. Jadi, tujuan dasar bimbingan adalah mengembangkan potensi individu untuk mampu memecahkan masalah-masalahnya dan berusaha semampunya untuk menyesuaikan dirinya terhadap kehidupannya.

Dilihat dari pengertian tersebut, jelaslah bahwa bimbingan merupakan suatu kegiatan yang sangat mutlak dilakukan oleh sekolah-sekolah apabila mereka berkeinginan untuk memaksimalkan potensi anak murid mereka. Dari pengertian tersebut juga dapat diuraikan tujuan dari bimbingan yang terbagi dalam 3 tujuan, yaitu:
  1. Tujuan remedial, yaitu tujuan bimbingan dimana berusaha mengarahkan murid agar mereka bisa berfungsi pada tingkat normal menurut kelompok atau budayanya. Selain itu, tujuan remedial ini juga berkaitan dengan menghilangkan kualitas-kualitas negatif pada suatu orang (meliputi perasaan negatif, seperti cemas, merasa tidak mampu, dan lain-lain).
  2. Tujuan yang sifatnya peningkatan perkembangan, yaitu tujuan dimana pusat perhatiannya adalah membantu murid dalam mencapai kemampuan psikologis semaksimal mungkin sesuai tingkat perkembangan usianya. Dalam tujuan ini, diharapkan setiap murid dapat berkembang sesuai dengan yang harusnya, bahkan diharapkan untuk melebihinya yang artinya semua murid bisa meningkatkan fungsinya diatas norma kelompok biasanya. Apabila kondisi ini terjadi, maka tujuan dalam peningkatan perkembangan telah berhasil diwujudkan.
  3. Tujuan Preventif, yaitu usaha untuk mengurangi kebutuhan untuk intervensi bimbingan remedial. Kondisi ini dapat dicapai dengan jalan mengurangi masalah-masalah yang rawan terjadi yang bisa dilakukan dengan memberikan bimbingan yang berbobot. Apabila tujuan ini tercapai, maka kita akan dapat menghemat tenaga, waktu dan dana yang harusnya diperlukan untuk intervensi bimbingan remedial.

Itulah tujuan-tujuan dari bimbingan sekolah. Sekarang penulis akan membahas juga mengenai kapan sih bimbingan diperlukan??

Bimbingan sekolah diperlukan ketika:
  1. Kita ingin menghasilkan murid-murid yang bisa bersikap bijak dalam mengambil keputusan.
  2. Kita menginginkan murid kita untuk bisa bekerja sama dengan sesuatu yang tidak bisa kita hindari dengan cara memberikan pemahaman kepada mereka untuk bisa menerima situasi yang tidak ada pilihan lain selain dihadapi.
  3. Murid-murid tidak sadar bahwa mereka mempunyai pilihan lain dari mereka sendiri.
  4. Murid-murid sedang dalam keadaan tidak optimal untuk membuat keputusan, seperti sedang lelah, depresi dan lain-lain.

Berdasarkan penjelasan-penjelasan mengenai bimbingan diatas, dapat kita simpulkan bahwa bimbingan memang haruslah dilakukan oleh semua sekolah yang ada. Dan 1 hal yang pasti, kita seharusnya tidak menunggu sampai suatu hal yang negatif terjadi terlebih dahulu, baru bertindak. Tetapi, baiknya bimbingan segera dilakukan secepatnya untuk mencegah hal-hal buruk dan bisa meningkatkan fungsi semua anak muridnya. Mencegah lebih baik daripada mengatasi… Thanks for your attention.. =)

Daftar Pustaka:
Sukadji, S. (2000). Psikologi pendidikan dan psikologi sekolah. Depok: Lembaga Pengambangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) Fakultas Psikologi Universitas Indonesia

Read More..
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Apa-apa saja yang termasuk dalam Disability?

Dalam posting kali ini, saya akan menjelaskan sedikit mengenai apa itu disability dan apa-apa saja yang termasuk didalamnya?? So.. Enjoy it!!


Disability adalah keterbatasan (ketidakmampuan) personal yang membatasi pelaksanaan fungsi seseorang. Ketidakmampuan tersebut dikelompokkan dalam beberapa kategori, yaitu:
  1. Gangguan Indera. Termasuk didalamnya adalah anak-anak yang memiliki keterbatasan penglihatan dan pendengaran.
  2. Gangguan Fisik. Termasuk didalamnya adalah Gangguan ortopedik (berupa keterbatasan gerak atau kurang mampu mengontrol gerak karena ada masalah di otot, tulang atau sendi), Cerebral Palsy (Gangguan berupa lemahnya koordinasi otot), Gangguan Kejang-kejang (seperti Epilepsi).
  3. Retardasi Mental. Retardasi Mental adalah kondisi sebelum usia 18 tahun yang ditandai dengan rendahnya kecerdasan (biasanya nilai IQ-ny di bawah 70) dan sulit beradaptasi dengan kehidupan sehari-hari.
  4. Gangguan Bicara dan Bahasa. Yaitu sejumlah masalah problem bicara (seperti gangguan artikulasi, gangguan suara, dan gangguan kefasihan) dan problem bahasa (kesulitan untuk menerima informasi dan bahasa ekspresif).
  5. Ketidakmampuan Belajar. Suatu gangguan yang cukup menyulitkan dimana anak-anak mengalami kesulitan dalam belajar atau mereka tidak mampu belajar padahal mereka memiliki IQ yang normal dan tidak mengalami retardasi mental. Termasuk didalamnya adalah dyslexia yaitu kerusakan berat dalam kemampuan membaca dan mengeja.
  6. Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD). Yaitu bentuk ketidakmampuan anak dimana secara konsisten menunjukkan satu atau lebih ciri-ciri berikut ini, yaitu: kurang perhatian, hiperaktif, dan impulsif. ADHD sendiri terbagi 3 yaitu: ADHD dengan kecenderungan lebih pada kurang perhatian, ADHD dengan kecenderungan lebih pada hiperaktif /impulsif, dan ADHD dengan kecenderungan baik itu kurang perhatian maupun hiperaktif/impulsif.
  7. Gangguan Perilaku dan Emosional. Yaitu Problem serius dan terus menerus yang berkaitan dengan hubungan, agresi, depresi, ketakutan yang berkaitan dengan persoalan pribadi atau sekolah, dan juga berhubungan dengan karakteristik sosio-emosional.

Sekian Pembahasan mengenai Disability.. Hope it will be useful. Thx for your attention.. ^^

Daftar Pustaka:
Santrock, J.W. (2008). Psikologi Pendidikan (Edisi Kedua). Jakarta: Prenada Media Group

Read More..
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

3 Fenomena Pendidikan beserta pembahasannya

Kelompok 6
Steven (10-025)
Vivian Felicia (10-043)
Vera Gandhi (10-057)

Fenomena- fenomena yang kami dapatkan dan telah kami bahas antara lain adalah sebagai berikut:

  1. Mengenai masalah Homeschooling (http://ndal.wordpress.com/2007/05/17/fenomena-pendidikan-mereka-ramai-ramai-ke-homeschooling/)
  2. Perbedaan jurusan IPA dan IPS dalam lingkungan sekolah (http://www.cerita-ilmuku.co.cc/2011/01/fenomena-pendidikan-indonesia-2.html
  3. pendidikan emansipatoris yang tadinya bertujuan membawa manusia keluar dari kungkungan kebodohan dan mencapai budi pekerti yang baik, kini mulai berbelok ke arah yang pragmatis nan materialistis. (http://zainurie.wordpress.com/2008/10/14/laskar-pelangi-dan-fenomena-pendidikan-kita/)

Pembahasan Fenomena Pertama (Homeschooling):
Berdasarkan kasus diatas, terlihat bahwa Homeschooling bisa dikatakan sebagai salah satu fenomena pendidikan yang paling meluas. Homeschooling adalah proses layanan pendidikan secara sadar, teratur dan terarah yang dilakukan oleh orangtua atau keluarga (kadang menggunakan bantuan tutor) dan proses belajar mengajar berlangsung dalam situasi yang kondusif di dalam rumah sendiri. Biasanya Homeschooling adalah program pendidikan alternatif yang memungkinkan anak untuk berkembang sesuai dengan potensi diri mereka masing-masing ataupun untuk mereka-mereka yang terlalu jenius ataupun yang memiliki keterbatasaan fisik.

Teori Psikologi Pendidikan
Berdasarkan teori psikologi pendidikan, homeschooling biasanya ditujukan untuk anak-anak yang berkebutuhan khusus atau bisa dikatakan anak-anak yang tidak biasa, seperti terlalu jenius, cacat fisik dan lain sebagainya. Menyekolahkan anak-anak berkebutuhan khusus di sekolah-sekolah formal biasa tentu saja akan menimbulkan masalah. Untuk anak yang terlalu jenius, tentu saja dia tidak akan bisa mengikuti pelajaran dengan lancar karena kemampuan otaknya lebih dari anak-anak biasa. Untuk anak-anak yang cacad fisik bisa saja menjadi korban Bully teman-temannya. Hal ini akan mengakibatkan kondisi psikologis anak terganggu. Anak-anak berkebutuhan khusus bukan hanya seperti terlalu jenius ataupun cacad fisik saja. Masih banyak gangguan-gangguan lain yang membuat dia dikatakan sebagai anak-anak berkebutuhan khusus/anak-anak tidak biasa, seperti retardasi mental (IQ dibawah 70), dyslexia (Ketidakmampuan untuk membaca atau mengeja), dan lain sebagainya. Walaupun semua anak wajib disekolahkan, tetapi apakah menyekolahkan anak berkebutuhan khusus ke sekolah biasa akan memberikan dampak yang positif?? Untuk itulah dibuat suatu program yang dinamakan homeschooling dimana anak-anak berkebutuhan khusus ini dapat belajar di rumah.

Munculnya Homeschooling ini juga membuka kesempatan kepada setiap anak untuk mengembangkan potensinya masing-masing sesuai mata pelajaran yang dia sukai. Kegiatan homeschooling ini tentu saja akan membuat anak-anak bisa mengembangkan potensinya secara maksimal. Selain itu, pergerakan pendidikan dari teacher-centered ke learner centered juga telah membuat program homeschooling ini semakin diminati dimana setiap murid/anak dapat bersikap sangat aktif dalam proses pembelajaran di rumahnya sendiri dibandingkan di sekolah-sekolah formal. Akan tetapi, kegiatan homeschooling ini juga memberikan dampak negatifnya yaitu diantaranya adalah mengenai perbedaan sosialisasi. Dengan Homeschooling, si anak akan kurang berinteraksi dengan teman sebaya dari berbagai status sosial yang dapat memberikan pengalaman berharga untuk belajar hidup di masyarakat. Selain itu, Sekolah regular/formal merupakan tempat belajar yang khas yang dapat melatih anak untuk bersaing dan mencapai keberhasilan setinggi-tingginya. Jadi apabila anak belajar secara Homeschooling, otomatis dia akan kekurangan skill daya bersaing.

Teori Pendidikan keluarga
Ditinjau dari teori pendidikan keluarga, kegiatan homeschooling ini sendiri memberikan dampak baik kepada si anak. Hal tersebut karena kegiatan homeschooling adalah proses pembelajaran yang dilakukan dirumah dimana semua anggota keluarga berkumpul dan kadang ada juga kegiatan dimana anak langsung diajari oleh orang tuanya tanpa adanya tutor. Hal tersebut tentu saja akan meningkatkan hubungan orang tua dengan anaknya yang akan menghasilkan kedekatan emosional yang sangat berharga. Dengan kedekatan seperti ini, orang tua akan lebih mudah menanamkan nilai-nilai moral yang berharaga kepada si anak.

Teori Bimbingan sekolah
Ditinjau dari teori bimbingan sekolah, kegiatan homeschooling ini akan membuat anak bersikap aktif dalam mengembangkan potensi mereka masing-masing. Sebagaimana disebutkan dalam teori intelegensi Gardner bahwa intelegensi setiap orang di setiap bidang berbeda. Dengan adanya program Homeschooling ini, potensi anak bisa dikembangkan secara maksimal sehingga anak nantinya akan sangat menguasai bidang yang sangat diminatinya yang nantinya akan sangat bermanfaat bagi si anak. Kondisi ini tentu saja berbeda dimana anak sekolah di sekolah reguler yang mengajarkan semua mata pelajaran, baik yang anak itu sukai ataupun tidak secara terstruktur. Hal ini mengecilkan kemungkinan anak untuk mengembangkan potensinya secara maksimal dan pada akhirnya anak akan lebih sulit untuk menonjolkan keunggulannya.


Pembahasan Fenomena Kedua (IPA & IPS):
Berdasarkan artikel tersebut bisa kita lihat bahwa adanya pemisahan kelas menjadi IPA dan IPS merupakan suatu fenomena pendidikan yang masih diperdebatkan hingga sekarang. Adanya mindset orang yang mengangap bahwa IPA lebih baik, anak IPA lebih pintar dan sebagainya dimana dikatakan bahwa IPA itu lebih unggul daripada IPS. Sebenarnya perlu diketahui bahwa mindset seperti tersebut tidaklah tepat.

Teori Psikologi Pendidikan
Ditinjau dari teori psikologi pendidikan, ada banyak hal yang mempengaruhi seorang anak memilih jurusan IPA atau IPS, seperti motivasi dan kemampuan atau minat belajarnya.
  • Teori motivasi. ada 2 macam motivasi dalam meraih sesuatu yaitu motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi mencapai tujuan untuk sendiri, sedangkan motivasi ekstrinsik adalah melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain. Dalam memilih sebuah jurusan bisa saja seorang anak dipengaruhi faktor intrinsik, misalnya dia memilih jurusan IPS karena dia senang akan pelajaran sosial. Sedangkan apabila dipengaruhi faktor ekstrinsik, bisa saja karena ada tuntutan dari orang tuanya dia seorang anak memilih jurusan IPA padahal dia sangat tidak suka pelajaran eksakta. Hal ini bisa membuat anak tersebut merasa tertekan dan bahkan bisa ketinggalan pelajaran apabila dia memang tidak tertarik akan pelajaran tersebut. Namun karena adanya tuntutan orang sekitar yang menganggap anak IPA lebih pintar membuat dia mmilih jurusan yang salah.
  • Minat atau keahlian pelajar. Menurut Gardner ada banyak tipe intelegensi spesifik atau kerangka pikiran yang mempengaruhi minat atau keahlian seseorang. Setiap individu dibedakan berdasarkan keahliannya tersebut. Berkaitan dalam pemilihan jurusan, biasanya selalu dikatakan anak IPA intelegensinya lebih tinggi daripada anak IPS. Bisa dikatakan hal ini salah besar. Menurut Gardner intelegensi setiap orang tidak bisa dikatakan lebih tinggi atau lebih rendah karena keahlian setiap orang berbeda-beda. Anak yang keahlian matematikanya lebih dominan memang lebih cocok untuk memilih jurusan IPA, sebaliknya anak yang keahlian intrapersonalnya lebih baik mungkin lebih baik memang lebih cocok memilih jurusan IPS. Oleh karena itu tidak bisa dikatakan anak IPA pasti lebih pintar karena kemampuan setiap orang berbeda-beda dan tidak bisa dibanding-bandingkan.

Teori Pendidikan Keluarga
Ditinjau dari pendidikan keluarga, endidikan keluarga adalah proses transformasi prilaku dan sikap di dalam kelompok atau unit sosial terkecil dalam masyarakat. Keluarga merupakan lingkungan yang pertama dan utama dalam menanamkan norma dan mengembangkan berbagai kebiasaan dan prilaku yang penting bagi kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat. Fungsi pendidikan dalam keluarga tak terlepas dari peranan ayah dan ibu.Dalam keluarga biasanya terdapat pembianaan Intelektual serta kepribadian dan sosial.

Adapun tujuan pendidikan keluarga adalah pengembangan diri si anak. Pengembangan diri ini dibutuhkan untuk menghadapi tugas-tugas dalam kehidupannya sebagai pribadi, sebagai siswa, karyawan, profesional, maupun sebagai warga masyarakat. Pola asuh ank juga berkaitan dengan sifat anak. Ada 2 macam pola asuh, yaitu :
  • Pola asuh otoriter. Orang tua menentukan aturan-aturan dan mengadakan pembatasan-pembatasan terhadap perilaku anak yang boleh dan tidak boleh dilaksanakannya. Anak harus tunduk dan patuh terhadap orang tuanya, anak tidak dapat mempunyai pilihan lain. Orang tua memberikan tugas dan menentukan berbagai aturan tanpa memperhitungkan keadaan anak, keinginan anak, keadaan khusus yang melekat pada individu anak yang berbeda-beda antara anak yang satu dengan yang lain. Dalam hal pemilihan jurusan IPA atau IPS ini, apabila anak dengan pola asuh otoriter, biasanya akan memilih jurusan IPA dimana orang tua biasanya menganggap jurusan IPA lebih bagus masa depannya. Akhirnya anak akan melakukan perintah orang tua karena takut, bukan karena suatu kesadaran bahwa apa yang dikerjakan itu akan bermanfaat bagi kehidupannya kelak. Tidak jarang pulak hal ini akan mempengaruhi keadaan belajar si anak dan sering membuat anak yang tidak mampu menjadi stress.
  • Pola asuh bebas. Subjek asuh bebas, berorientasi bahwa anak itu makhluk hidup yang berpribadi bebas. Anak adalah subiek yang dapat bertindak dan berbuat menurut hati nuraninya. Orang tua membiarkan anaknya mencari dan menemukan sendiri apa yang diperlukan untuk hidupnya. Anak telah terbiasa mengatur dan menentukan sendiri apa yang dianggap baik. Orang tua hanya bertindak sebagai polisi yang mengawasi permainan menegur dan mungkin memarahi. Dalam pemilihan jurusan tersebut para pelajar yang pola asuhnya bebas akan bebas memilih mana yang mereka sukai dan bukan karena paksaan. Dalam menjalaninya pun pastinya mereka akan sepenuh hati karena keinginan mereka selalu didukung orang tua mereka.

Teori Bimbingan Sekolah
Ditinjau dari teori bimbingan sekolah, peran guru bimbingan penting untuk menyelenggarakan pendidikan yang utuh. Peran mereka yaitu membantu peserta didik mengenali potensi dan mengembangkan kepribadiannya. Dalam pemilihan jurusan tersebut guru pembimbing harusnya bisa mengenali potensi siswa-siswinya dan memberikan bimbingan agar mereka tidak salah pilih. Biasanya dalam pemilihan jurusan IPA, murid yang nilainya tidak mencukupi tidak akan bisa memilih jurusan tersebut dan biasanya murid yang nilainya tidak mencukupi akan terlempar ke jurusan IPA. Adanya patokan nilai seperti inilah yang membuat banyak orang menganggap anak IPA harus pintar untuk bisa masuk jurusan IPA. Peran guru disini adalah mampu membantu siswa memilih jurusan yang cocok dan memberi semangat bagi siswa yang nilainya kurang. Dalam bimbingan sekolah ini, guru juga harus bisa menjadi fasilitator yang baik. Perlu ditekankan juga guru perlu memberikan pengertian terhadap orang tua mengenai pemilihan jurusan yang baik dimana kadangkala ada orang tua yang ngotot ingin anaknya masuk ke jurusan tertentu yang padahal anaknya tidak mampu atau tidak ingin.


Pembahasan Fenomena Ketiga (Arah pendidikan yang perlahan berubah):
Seiring dengan perkembangan zaman, pendidikan di Indonesia mengalami perkembangan yang pesat. Ditambah dengan adalnya teknologi yang canggih, membantu ilmu pengetahuan tersebar dengan cepat. Namun di sisi lain, pendidikan juga mengalami krisis yang memprihatinkan. Mengapa bisa demikian? Karena lembaga pendidikan yang tadinya bertujuan untuk membawa manusia keluar dari lingkaran kebodohan dan mengajari manusia tentang budi pekerti (pendidikan emansipatoris), kini telah berputar haluan ke arah materialisitis. Sekolah yang dibangun, yang fungsinya agar kita dapat menguasai dan mengembangkan ilmu pengetahuan, berbudi pekerti luhur, telah berubah menjadi tempat untuk mempermudah manusia mendapat gelar, pekerjaan, jabatan tinggi bergaji besar, dan sebagainya. Fungsi pendidikan bukan lagi untuk mencapai emansipatoris, tetapi menciptakan generasi baru yang berorientasi duit dan menjadi robot-robot pekerja yang baik. Konsep pendidikan yang seperti ini akan menghambat mental kemanusiaan, spiritualitas, dan mentalitas-mentalitas generasi muda Indonesia. Akibatnya, muncul banyak orang-orang berinteligensi tinggi, tapi dengan tingkat moral yang rendah. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya koruptor lihai dan licik di Indonesia ini. Mereka menggunakan kepintaran mereka untuk menipu, tapi rasa kemanusiaannya seperti telah lenyap dari dalam dirinya.

Teori Psikologi Pendidikan
Ditinjau dari sudut pandang psikologi, pendidikan juga bukan hanya sekedar masalah ilmu pengetahuan saja, tetapi termasuk juga pendidikan moral. Beberapa tokoh yang mengaji masalah ini yaitu Jean Piaget, Lawrence Kohlberg, dan lainnya. Kohlberg fokus pada pendidikan moral dan banyak meneliti tentang pengajaran moral. Pendekatan Kohlberg dalam pendidikan moral disebut pendekatan kognitif-developmental. Asumsi dasar dari pendekatan model tersebut adalah:
  1. pendidikan moral memerlukan gagasan filosofis tentang moralitas,
  2. perkembangan moral melalui tahap-tahap kualitatif, dan
  3. rangsangan terhadap perkembangan moral didasarkan pada rangsangan terhadap pemikiran dan pemecahan masalah (John de Santo, 1995: 65).

Melalui pendidikan moral ini, diharapkan pendidikan di Indonesia tidak berhenti hingga tahap pengetahuan saja, tetapi juga pengajaran tentang budi pekerti dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

Teori Pendidikan Keluarga
Ditinjau dari teori pendidikan keluarga, sebagian besar keluarga juga sudah jarang memperhatikan masalah moral pada anak. ayah ibu kebanyakan sama-sama bekerja untuk menghadapi tuntutan zaman, shingga anak juga tidak begitu diperhatikan lagi. Apalagi untuk masyarakat ekonomi mengengah ke bawah, orang tuanya bahkan lebih ingin anaknya bekerja walupun belum cukup umur, daripada belajar di sekolah.

Teori Bimbingan Sekolah
Ditinjau dari teori bimbingan sekolah, John Dewey mengemukakan beberapa ide penting, yaitu:
  1. Anak dibimbing sebagai pembelajar aktif (active learner).
  2. Anak juga harus diajari cara untuk berpikir dan beradaptasi dengan dunia di luar sekolah.
  3. Semua anak berhak mendapat pendidikan selayaknya.

Fenomena pendidikan yang banyak terjadi di Indonesia yaitu banyaknya masyarakat yang masih belum mendapat pendidikan yang layak. Walaupun sudah ada dibangun sekolah gratis, namun masalah ini masih belum dapat diatasi sepenuhnya. Sebagian besar sekolah juga berorientasi untuk mengejar profit, sehingga melupakan tujuan utamanya yang seharusnya mencerdaskan seluruh anak bangsa.

Itulah pembahasan dari kami mengenai Fenomena-fenomena pendidikan yang ada. Sekian dan terimakasih.


Daftar Pustaka:
Kasus:
http://ndal.wordpress.com/2007/05/17/fenomena-pendidikan-mereka-ramai-ramai-ke-homeschooling/
http://www.cerita-ilmuku.co.cc/2011/01/fenomena-pendidikan-indonesia-2.html
http://zainurie.wordpress.com/2008/10/14/laskar-pelangi-dan-fenomena-pendidikan-kita/

Referensi Pembahasan:
Santrock., J.W. (2008). Psikologi Pendidikan (edisi kedua). Jakarta: Prenada Media Group
http://id.shvoong.com/medicine-and-health/alternative-medicine/1935058-untung-rugi-home-schooling-bagi/
http://www.masbow.com/2010/10/psikologi-pendidikan.html
http://blog.uny.ac.id/sudrajat/2010/07/30/values-clarification-dalam-pendidikan-moral/
http://linakura.multiply.com/journal/item/9
http://anakbanyumas.wordpress.com/2010/02/15/home-scholing-baik-buruk-alternatif-model-pendidikan-di-indonesia/
http://101301025s.blogspot.com/2011/01/apa-keuntungan-dan-kerugian.html

Read More..
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Tes Inteligensi Binet???

Bicara mengenai tes inteligensi, salah satu tes yang paling sering digunakan adalah tes intelegensi Binet. Lalu muncullah pertanyaan mengenai apa itu tes inteligensi Binet? Apa sejarahnya?? dan bagaimana bentuk tesnya serta bagaimana proses pengukurannya?? Pada posting kali ini, penulis akan membahas mengenai tes inteligensi Binet..Enjoy it!!


Tes inteligensi Binet ini muncul pada tahun 1904. Pada waktu itu, Menteri Pendidikan meminta psikolog Alfred Binet untuk menyusun suatu metode guna mengidentifikasi anak-anak yang tidak mampu belajar di sekolah. Para pejabat di sekolahan ingin mengurangi sekolah yang penuh sesak dengan cara memindahkan murid yang kurang mampu belajar di sekolah umum ke sekolah khusus. Atas dasar itulah, Binet dan mahasiswanya, Theophile Simon, menyusun suatu tes intelegensi yang kemudian dinamainya Tes inteligensi Binet. Tes ini kemudian disempurnakan oleh Lewis Terman dari Stanford University dan sekarang tes ini lebih dikenal dengan Stanford Binet Intelligence Scale.

Tes Binet ini terdiri dari sejumlah besar item (kira-kira 30 pertanyaan) yang berhubungan dengan efisiensi kognitif yang membedakan anak-anak dari umurnya (Verbal/Nonverbal). Dalam tes ini, anak yang jauh lebih tua umumnya akan menyelesaikan tes ini dengan nilai yang lebih bagus daripada anak yang lebih kecil. Pernyataan ini didasari oleh adanya asumsi bahwa kemampuan intelektual individu meningkat sejalan pertambahan umur pada masa anak-anak. Oleh karena itu, dalam tes Binet kita biasanya mengenal istilah Mental Age (MA), Chronological Age (CA), dan Intelligence Quotient (IQ).

Mental Age adalah usia mental, yakni level perkembangan individu yang berkaitan dengan perkembangan lain. Chronological Age adalah usia kronologis (umur nyata individu). IQ adalah nilai numerik dari inteligensi yang didapatkan dari tes inteligensi. IQ bisa didapatkan ketika kita membagikan Mental age dengan Chronological Age dikali dengan 100. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat rumus berikut:
IQ = MA/CA x 100

Dengan menggunakan rumus tersebut kita telah dapat mengetahui berapa nilai IQ seseorang.
Contoh: Ada anak mempunyai MA= 10 tahun dan CA= 8 tahun. Maka IQnya adalah 
IQ= 10/8 x 100 = 125

Perlu diingat juga bahwa setelah melakukan beberapa penelitian, tes Stanfrod Binet ini disimpulkan mendekati distribusi normal. Distribusi normal ini artinya simetris, dengan mayoritas skor berada pada tengah-tengah rentang skor yang mungkin muncul dan hanya ada sedikit skor yang berada mendekati ujung dari rentang itu (sering juga disebut nilai ekstrem).

Sekian dulu pembahasan pada posting ini. Semoga hasil postingan ini dapat bermanfaat buat pembaca sekalian. Thanks for your attention.. ^^

Referensi:
Santrock, J.W. (2008). Psikologi Pendidikan (Edisi Kedua). Jakarta: Prenada Media Group
Lahey, B.B. (2007). Psychology an introduction (Ninth Edition). New York: McGraw Hill

Read More..
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Google Talk