Steven. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

What do you think about my blog?

Apakah Tujuan dari Bimbingan di TK dan SD???

Pada posting sebelumnya, yaitu "Apa itu Bimbingan Sekolah??" telah dijelaskan mengenai pengertian dari bimbingan, tujuan umum dari bimbingan dan kapan bimbingan itu diperlukan. Pada posting kali ini, penulis akan membahas tentang "Apa sih tujuan utama dari bimbingan di Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar??"
Enjoy it... =)


Seperti yang kita tahu, bimbingan bisa diartikan sebagai bantuan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain dalam membuat keputusan yang bijaksana dan dalam penyesuaian diri, serta dalam memecahkan masalah kehidupan mereka. Program Bimbingan di berbagai jenjang pendidikan sama-sama berperan penting. Oleh karena itu, program bimbingan di TK dan SD yang terorganisasi sama pentingnya dengan program bimbingan di sekolah-sekolah lanjutan. Bimbingan sekolah pada umumnya dilakukan oleh seorang psikolog sekolah dan biasanya tugas psikolog sekolah dalam berbagai jenjang pendidikan hampir sama, tetapi bukan berarti tidak memiliki perbedaan. Perbedaannya terletak antara lain pada segi usia siswa dan orangtuanya, dan perbedaan komponen-komponen pendidikan lainnya, seperti kurikulum dan metode pengajaran serta kemampuan kognitif anak seiring dengan perkembangan umur. Perlu diingat bahwa program bimbingan merupakan pelayanan yang bersifat positif dan bukan bersifat korektif. Bimbingan-bimbingan di taman kanak-kanak dan sekolah dasar sangatlah penting dalam membantu anak didik untuk bisa memahami diri sendiri yang berkaitan dengan kebutuhan dirinya sendiri dan yang berkaitan dengan kebutuhan lingkungannya. Pemahaman mengenai diri sendiri ini perlu bagi anak didik sebelum mencapai sekolah lanjutan. Bimbingan yang dimulai sejak dini, membantu anak menyesuaikan diri terhadap berbagai situasi baru, yang diikuti dengan meningkatnya kemampuan menerapkan pemahaman diri sendiri tersebut untuk memecahkan masalah-masalah yang akan dihadapi di kemudian hari.

Adapun tujuan utama bimbingan di Taman Kanak-kanak adalah:
  1. Membantu anak agar anak dapat membantu dirinya sendiri untuk mengadakan penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial,
  2. Membantu anak agar mampu melewati masa-masa transisi dari lingkungan keluarga/rumah ke lingkungan teman sebaya dan guru/sekolah; dari suasana bebas ke suasana disiplin dan menghargai hak orang lain.

Kedua hal diatas merupakan tujuan utama dari bimbingan sekolah di Taman Kanak-kanak. Sedangkan, tujuan utama dari bimbingan di Sekolah Dasar adalah sebagai berikut:
  1. Membantu anak menguasai bahan ajaran tuntutan kurikuler,
  2. Membantu anak dalam membuat pilihan dan menentukan bahan ajaran yang cocok,
  3. Membantu anak memiliki sikap-pandangan belajar yang mendukung,
  4. Membantu anak mempunyai pola tingkah laku belajar yang mendukung,
  5. Membantu anak dalam menumbuhkan disiplin belajar anak dan terlatih,
  6. Membantu anak dalam memilih teman bergaul dan membentuk kelompok-kelompok belajar yang serasi,
  7. Membantu anak dalam rangka mengadakan penyesuaian hidup berkelompok yang menunjang belajar, dan
  8. Membantu anak dalam memecahkan masalah-masalah belajar yang dihadapi murid.

Dari penjelasan-penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa bimbingan pada jenjang pendidikan TK dan SD cukup penting dan sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas anak didik dan kesejahteraan mereka.

Daftar Pustaka:
Sukadji, S. (2000). Psikologi pendidikan dan psikologi sekolah. Depok: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) Fakultas Psikologi Universitas Indonesia

Read More..
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Perbedaan Psikologi Pendidikan dengan Psikologi Sekolah

Istilah psikologi pendidikan dan psikologi sekolah seringkali disamakan oleh masyarakat. Padahal sebenarnya keduanya mempunyai perbedaan yang mendasar. Psikologi pendidikan adalah cabang ilmu psikologi yang mengkhususkan diri pada pemahaman tentang proses belajar dan mengajar dalam lingkungan pendidikan. Sedangkan, psikologi sekolah adalah merupakan wilayah dari terapan ilmu psikologi, yaitu di sekolah.


Dari pengertian tersebut, maka dapat dilihat perbedaan antara keduanya bahwa psikologi pendidikan mempelajari bagaimana manusia belajar dalam setting pendidikan, bagaimana anak-anak belajar, mengingat dan berpikir, bagaimana proses mental mereka berkembang selama proses pembelajaran, keefektifan sebuah pengajaran, cara mengajar, dan pengelolaan organisasi sekolah. Sebaliknya, psikologi sekolah berusaha menciptakan situasi yang mendukung bagi anak didik di sekolah dalam mengembangkan kemampuan akademik, sosialisasi, perilaku dan emosinya. Dengan kata lain, psikologi sekolah hanya berfokus pada kegiatan pembelajaran di sekolah, sedangkan psikologi pendidikan jauh lebih luas dibandingkan psikologi sekolah dan tidak terbatas pada lingkungan sekolah saja melainkan berfokus pada proses atau setting pembelajaran pada setiap individu pada umumnya guna meningkatkan kualitas penyerapan dan penerapan ilmu yang didapatkan individu.

Psikolog Pendidikan
Psikolog pendidikan mempelajari bagaimana seharusnya suatu program pendidikan dilaksanakan. Psikolog pendidikan biasanya membantu anak-anak atau orang muda yang mengalami masalah dalam pengaturan pendidikan dengan tujuan meningkatkan proses belajar mereka. Dalam menghadapi anak-anak tantangannya mencakup masalah sosial, emosional, atau kesulitan belajar. Psikolog pendidikan juga mempelajari manusia, khususnya pada bidang perkembangan belajar individu. Psikolog pendidikan biasanya melakukan penelitian guna mengembangkan kualitas pendidikan seorang anak ataupun bagaimana kualitas pendidikan yang seharusnya diberikan pada anak sesuai dengan usia mereka karena apabila suatu ilmu diberikan pada umur anak yang tidak sesuai, maka akan timbul berbagai masalah. Psikolog pendidikan juga biasanya membuat suatu kualifikasi pada individu yang ingin menjadi guru.

Tugas-tugas Psikolog pendidikan
  1. Menilai kebutuhan belajar dan emosional dengan observasi dan konsultasi
  2. Mengembangkan dan mendukung program manajemen terapi dan perilaku
  3. Merancang dan mengembangkan kursus untuk orang tua, guru dan lain-lain yang terlibat dalam pendidikan anak-anak dan remaja mengenai kasus "bullying"
  4. Merancang dan mengembangkan proyek-proyek yang melibatkan anak-anak dan kaum muda 
  5. Menulis laporan untuk membuat rekomendasi formal tentang tindakan yang akan diambil, termasuk pernyataan formal
  6. Menasihati, negosiasi, membujuk dan mendukung guru, orang tua dan profesional pendidikan lainnya 
  7. Menghadiri pertemuan kasus yang melibatkan tim multi disiplin tentang cara terbaik untuk memenuhi kebutuhan sosial, emosional, perilaku dan pembelajaran anak-anak dan kaum muda dalam perkembangan mereka
  8. Mengutamakan efektivitas: konteks dan lingkungan yang mempengaruhi perkembangan anak dipandang sebagai faktor yang sangat penting
  9. Penghubung dengan profesional lain dan memfasilitasi pertemuan, diskusi dan kursus
  10. Mengembangkan dan mengkaji kebijakan
  11. Melakukan penelitian aktif
  12. Merumuskan intervensi yang berfokus pada penerapan pengetahuan, keterampilan dan keahlian untuk mendukung inisiatif daerah dan nasional
  13. Mengembangkan dan menerapkan intervensi yang efektif untuk mempromosikan kesejahteraan psikologis, sosial, perkembangan emosi dan perilaku dan untuk meningkatkan standar pendidikan 

Psikolog Sekolah
Psikolog sekolah berperan dalam membantu anak-anak maupun generasi muda dalam mencapai kesuksesan akademis, sosial, perilaku dan emosi mereka di lingkugan sekolah yang berguna untuk membentuk mind set anak didik mereka. Pada umumnya, mereka biasanya bekerja sama dengan para pendidik, orang tua, dan orang-orang lainnya yang terlibat di sekolah untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman, sehat dan mendukung yang memperkuat hubungan antara rumah dengan sekolah dan dengan seluruh komunitas murid-murid. Psikolog sekolah biasanya juga terlibat dalam menilai murid-murid apakah mereka membutuhkan bantuan, seperti konseling, terapi secara verbal, dan belajar dengan bantuan asisten guru didalam kelas. Psikolog sekolah biasanya juga menyelenggarakan atau melaksanakan latihan kepada para guru dan murid-murid dan mereka kadang-kadang juga berperan dalam melakukan seleksi masuk sekolah. Selain itu, psikolog sekolah juga bertugas mengidentifikasi murid apakah kemampuan mereka diatas rata-rata atau apakah mereka mempunyai pola perilaku tertentu seperti ADHD, dyslexia dan lain-lain. Dengan mengidentifikasi kasus-kasus tersebut, psikolog sekolah berhak untuk menentukan program pembelajaran seperti apa yang seharusnya dijalani oleh anak-anak tersebut, seperti program akselerasi, program pendidikan khusus, program pemberian perhatian yang lebih terhadap anak-anak tersebut, dan lain-lain.

Tugas Psikolog sekolah 
Dalam hal kaitannya dengan murid:
  1. Memberikan konseling, pengajaran, dan pendampingan bagi mereka berjuang dengan masalah sosial, emosi, dan perilaku
  2. Meningkatkan prestasi dengan memandang hambatan belajar dan menentukan strategi instruksional terbaik untuk meningkatkan pembelajaran
  3. Meningkatkan kesehatan dan ketahanan dengan memperkuat komunikasi dan keterampilan sosial, pemecahan masalah, pengontrolan kemarahan, self-regulation, self-determination, dan optimisme
  4. Meningkatkan pemahaman dan penerimaan beragam budaya dan latar belakang

Dalam hal kaitannya dengan murid dan keluarganya:
  1. Mengidentifikasi masalah belajar dan perilaku yang mengganggu keberhasilan di sekolah
  2. Mengevaluasi kelayakan untuk layanan pendidikan khusus
  3. Memberikan dukungan sosial, emosional, dan perilaku yang sehat kepada siswa
  4. Mengajarkan cara mengasuh yang baik dan meningkatkan kolaborasi rumah-sekolah
  5. Membuat arahan dan membantu mengkoordinasikan dukungan layanan komunitas

Dalam hal kaitannya dengan para guru:
  1. Mengidentifikasi dan menyelesaikan hambatan akademis untuk belajar
  2. Merancang dan mengimplementasikan sistem monitoring kemajuan siswa
  3. Mendesain dan melakukan intervensi akademis dan perilaku
  4. Mendukung instruksi individual yang efektif
  5. Menciptakan lingkungan kelas yang positif
  6. Memotivasi semua siswa untuk terlibat dalam pembelajaran

Dalam hal kaitannya dengan administrator:
  1. Mengumpulkan dan menganalisa data yang berhubungan dengan perkembangan sekolah, hasil yang didapatkan siswa, dan persyaratan akuntabilitas
  2. Melaksanakan program-program pencegahan pelebaran sekolah yang membantu mempertahankan iklim sekolah yang kondusif untuk belajar
  3. Mempromosikan kebijakan sekolah dan praktek yang menjamin keselamatan semua siswa dengan mengurangi kekerasan di sekolah, bullying, dan pelecehan
  4. Menanggapi krisis dengan menyediakan kepemimpinan, pelayanan langsung, dan koordinasi dengan pelayanan masyarakat yang dibutuhkan
  5. Merancang, melaksanakan, dan mengumpulkan dukungan untuk program sekolah kesehatan jiwa yang menyeluruh

Dalam hal kaitannya dengan Pelayanan masyarakat:
  1. Mengkoordinasikan penyerahan jasa kepada siswa dan keluarga mereka di dalam dan di luar sekolah
  2. Membantu proses transisi siswa baik menuju dan dari lingkungan sekolah dan komunitas pembelajaran, seperti perawatan perumahan atau program peradilan anak


Daftar Pustaka:
Santrock., J.W. (2008). Psikologi Pendidikan (edisi kedua). Jakarta: Prenada Media Group

Read More..
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Apa itu bimbingan sekolah???

Saat ini sering kali kita mendengar mengenai istilah guru BP di sekolah-sekolah. Tapi tidak semua orang tahu apa kepanjangan dari BP. BP merupakan kepanjangan dari Bimbingan penyuluhan. Jadi, guru BP itu seharusnya tugasnya adalah memberikan bimbingan kepada murid-murid yang ada di suatu sekolah. Sekarang muncullah pertanyaan baru. Sebenarnya apa sih bimbingan itu?? Apa sebenarnya tujuan dari bimbingan itu? Apa bimbingan itu sendiri sangat diperlukan?? Pada posting kali ini, penulis akan membahas mengenai hal-hal tersebut.


Bimbingan dapat diartikan sebagai bantuan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain dalam membuat keputusan yang bijaksana dan dalam penyesuaian diri, serta dalam memecahkan masalah kehidupan mereka. Bimbingan mengharapkan agar penerima bimbingan dapat berkembang mandiri dan mampu bertanggungjawab bagi dirinya sendiri. Jadi, tujuan dasar bimbingan adalah mengembangkan potensi individu untuk mampu memecahkan masalah-masalahnya dan berusaha semampunya untuk menyesuaikan dirinya terhadap kehidupannya.

Dilihat dari pengertian tersebut, jelaslah bahwa bimbingan merupakan suatu kegiatan yang sangat mutlak dilakukan oleh sekolah-sekolah apabila mereka berkeinginan untuk memaksimalkan potensi anak murid mereka. Dari pengertian tersebut juga dapat diuraikan tujuan dari bimbingan yang terbagi dalam 3 tujuan, yaitu:
  1. Tujuan remedial, yaitu tujuan bimbingan dimana berusaha mengarahkan murid agar mereka bisa berfungsi pada tingkat normal menurut kelompok atau budayanya. Selain itu, tujuan remedial ini juga berkaitan dengan menghilangkan kualitas-kualitas negatif pada suatu orang (meliputi perasaan negatif, seperti cemas, merasa tidak mampu, dan lain-lain).
  2. Tujuan yang sifatnya peningkatan perkembangan, yaitu tujuan dimana pusat perhatiannya adalah membantu murid dalam mencapai kemampuan psikologis semaksimal mungkin sesuai tingkat perkembangan usianya. Dalam tujuan ini, diharapkan setiap murid dapat berkembang sesuai dengan yang harusnya, bahkan diharapkan untuk melebihinya yang artinya semua murid bisa meningkatkan fungsinya diatas norma kelompok biasanya. Apabila kondisi ini terjadi, maka tujuan dalam peningkatan perkembangan telah berhasil diwujudkan.
  3. Tujuan Preventif, yaitu usaha untuk mengurangi kebutuhan untuk intervensi bimbingan remedial. Kondisi ini dapat dicapai dengan jalan mengurangi masalah-masalah yang rawan terjadi yang bisa dilakukan dengan memberikan bimbingan yang berbobot. Apabila tujuan ini tercapai, maka kita akan dapat menghemat tenaga, waktu dan dana yang harusnya diperlukan untuk intervensi bimbingan remedial.

Itulah tujuan-tujuan dari bimbingan sekolah. Sekarang penulis akan membahas juga mengenai kapan sih bimbingan diperlukan??

Bimbingan sekolah diperlukan ketika:
  1. Kita ingin menghasilkan murid-murid yang bisa bersikap bijak dalam mengambil keputusan.
  2. Kita menginginkan murid kita untuk bisa bekerja sama dengan sesuatu yang tidak bisa kita hindari dengan cara memberikan pemahaman kepada mereka untuk bisa menerima situasi yang tidak ada pilihan lain selain dihadapi.
  3. Murid-murid tidak sadar bahwa mereka mempunyai pilihan lain dari mereka sendiri.
  4. Murid-murid sedang dalam keadaan tidak optimal untuk membuat keputusan, seperti sedang lelah, depresi dan lain-lain.

Berdasarkan penjelasan-penjelasan mengenai bimbingan diatas, dapat kita simpulkan bahwa bimbingan memang haruslah dilakukan oleh semua sekolah yang ada. Dan 1 hal yang pasti, kita seharusnya tidak menunggu sampai suatu hal yang negatif terjadi terlebih dahulu, baru bertindak. Tetapi, baiknya bimbingan segera dilakukan secepatnya untuk mencegah hal-hal buruk dan bisa meningkatkan fungsi semua anak muridnya. Mencegah lebih baik daripada mengatasi… Thanks for your attention.. =)

Daftar Pustaka:
Sukadji, S. (2000). Psikologi pendidikan dan psikologi sekolah. Depok: Lembaga Pengambangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) Fakultas Psikologi Universitas Indonesia

Read More..
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Apa-apa saja yang termasuk dalam Disability?

Dalam posting kali ini, saya akan menjelaskan sedikit mengenai apa itu disability dan apa-apa saja yang termasuk didalamnya?? So.. Enjoy it!!


Disability adalah keterbatasan (ketidakmampuan) personal yang membatasi pelaksanaan fungsi seseorang. Ketidakmampuan tersebut dikelompokkan dalam beberapa kategori, yaitu:
  1. Gangguan Indera. Termasuk didalamnya adalah anak-anak yang memiliki keterbatasan penglihatan dan pendengaran.
  2. Gangguan Fisik. Termasuk didalamnya adalah Gangguan ortopedik (berupa keterbatasan gerak atau kurang mampu mengontrol gerak karena ada masalah di otot, tulang atau sendi), Cerebral Palsy (Gangguan berupa lemahnya koordinasi otot), Gangguan Kejang-kejang (seperti Epilepsi).
  3. Retardasi Mental. Retardasi Mental adalah kondisi sebelum usia 18 tahun yang ditandai dengan rendahnya kecerdasan (biasanya nilai IQ-ny di bawah 70) dan sulit beradaptasi dengan kehidupan sehari-hari.
  4. Gangguan Bicara dan Bahasa. Yaitu sejumlah masalah problem bicara (seperti gangguan artikulasi, gangguan suara, dan gangguan kefasihan) dan problem bahasa (kesulitan untuk menerima informasi dan bahasa ekspresif).
  5. Ketidakmampuan Belajar. Suatu gangguan yang cukup menyulitkan dimana anak-anak mengalami kesulitan dalam belajar atau mereka tidak mampu belajar padahal mereka memiliki IQ yang normal dan tidak mengalami retardasi mental. Termasuk didalamnya adalah dyslexia yaitu kerusakan berat dalam kemampuan membaca dan mengeja.
  6. Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD). Yaitu bentuk ketidakmampuan anak dimana secara konsisten menunjukkan satu atau lebih ciri-ciri berikut ini, yaitu: kurang perhatian, hiperaktif, dan impulsif. ADHD sendiri terbagi 3 yaitu: ADHD dengan kecenderungan lebih pada kurang perhatian, ADHD dengan kecenderungan lebih pada hiperaktif /impulsif, dan ADHD dengan kecenderungan baik itu kurang perhatian maupun hiperaktif/impulsif.
  7. Gangguan Perilaku dan Emosional. Yaitu Problem serius dan terus menerus yang berkaitan dengan hubungan, agresi, depresi, ketakutan yang berkaitan dengan persoalan pribadi atau sekolah, dan juga berhubungan dengan karakteristik sosio-emosional.

Sekian Pembahasan mengenai Disability.. Hope it will be useful. Thx for your attention.. ^^

Daftar Pustaka:
Santrock, J.W. (2008). Psikologi Pendidikan (Edisi Kedua). Jakarta: Prenada Media Group

Read More..
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

3 Fenomena Pendidikan beserta pembahasannya

Kelompok 6
Steven (10-025)
Vivian Felicia (10-043)
Vera Gandhi (10-057)

Fenomena- fenomena yang kami dapatkan dan telah kami bahas antara lain adalah sebagai berikut:

  1. Mengenai masalah Homeschooling (http://ndal.wordpress.com/2007/05/17/fenomena-pendidikan-mereka-ramai-ramai-ke-homeschooling/)
  2. Perbedaan jurusan IPA dan IPS dalam lingkungan sekolah (http://www.cerita-ilmuku.co.cc/2011/01/fenomena-pendidikan-indonesia-2.html
  3. pendidikan emansipatoris yang tadinya bertujuan membawa manusia keluar dari kungkungan kebodohan dan mencapai budi pekerti yang baik, kini mulai berbelok ke arah yang pragmatis nan materialistis. (http://zainurie.wordpress.com/2008/10/14/laskar-pelangi-dan-fenomena-pendidikan-kita/)

Pembahasan Fenomena Pertama (Homeschooling):
Berdasarkan kasus diatas, terlihat bahwa Homeschooling bisa dikatakan sebagai salah satu fenomena pendidikan yang paling meluas. Homeschooling adalah proses layanan pendidikan secara sadar, teratur dan terarah yang dilakukan oleh orangtua atau keluarga (kadang menggunakan bantuan tutor) dan proses belajar mengajar berlangsung dalam situasi yang kondusif di dalam rumah sendiri. Biasanya Homeschooling adalah program pendidikan alternatif yang memungkinkan anak untuk berkembang sesuai dengan potensi diri mereka masing-masing ataupun untuk mereka-mereka yang terlalu jenius ataupun yang memiliki keterbatasaan fisik.

Teori Psikologi Pendidikan
Berdasarkan teori psikologi pendidikan, homeschooling biasanya ditujukan untuk anak-anak yang berkebutuhan khusus atau bisa dikatakan anak-anak yang tidak biasa, seperti terlalu jenius, cacat fisik dan lain sebagainya. Menyekolahkan anak-anak berkebutuhan khusus di sekolah-sekolah formal biasa tentu saja akan menimbulkan masalah. Untuk anak yang terlalu jenius, tentu saja dia tidak akan bisa mengikuti pelajaran dengan lancar karena kemampuan otaknya lebih dari anak-anak biasa. Untuk anak-anak yang cacad fisik bisa saja menjadi korban Bully teman-temannya. Hal ini akan mengakibatkan kondisi psikologis anak terganggu. Anak-anak berkebutuhan khusus bukan hanya seperti terlalu jenius ataupun cacad fisik saja. Masih banyak gangguan-gangguan lain yang membuat dia dikatakan sebagai anak-anak berkebutuhan khusus/anak-anak tidak biasa, seperti retardasi mental (IQ dibawah 70), dyslexia (Ketidakmampuan untuk membaca atau mengeja), dan lain sebagainya. Walaupun semua anak wajib disekolahkan, tetapi apakah menyekolahkan anak berkebutuhan khusus ke sekolah biasa akan memberikan dampak yang positif?? Untuk itulah dibuat suatu program yang dinamakan homeschooling dimana anak-anak berkebutuhan khusus ini dapat belajar di rumah.

Munculnya Homeschooling ini juga membuka kesempatan kepada setiap anak untuk mengembangkan potensinya masing-masing sesuai mata pelajaran yang dia sukai. Kegiatan homeschooling ini tentu saja akan membuat anak-anak bisa mengembangkan potensinya secara maksimal. Selain itu, pergerakan pendidikan dari teacher-centered ke learner centered juga telah membuat program homeschooling ini semakin diminati dimana setiap murid/anak dapat bersikap sangat aktif dalam proses pembelajaran di rumahnya sendiri dibandingkan di sekolah-sekolah formal. Akan tetapi, kegiatan homeschooling ini juga memberikan dampak negatifnya yaitu diantaranya adalah mengenai perbedaan sosialisasi. Dengan Homeschooling, si anak akan kurang berinteraksi dengan teman sebaya dari berbagai status sosial yang dapat memberikan pengalaman berharga untuk belajar hidup di masyarakat. Selain itu, Sekolah regular/formal merupakan tempat belajar yang khas yang dapat melatih anak untuk bersaing dan mencapai keberhasilan setinggi-tingginya. Jadi apabila anak belajar secara Homeschooling, otomatis dia akan kekurangan skill daya bersaing.

Teori Pendidikan keluarga
Ditinjau dari teori pendidikan keluarga, kegiatan homeschooling ini sendiri memberikan dampak baik kepada si anak. Hal tersebut karena kegiatan homeschooling adalah proses pembelajaran yang dilakukan dirumah dimana semua anggota keluarga berkumpul dan kadang ada juga kegiatan dimana anak langsung diajari oleh orang tuanya tanpa adanya tutor. Hal tersebut tentu saja akan meningkatkan hubungan orang tua dengan anaknya yang akan menghasilkan kedekatan emosional yang sangat berharga. Dengan kedekatan seperti ini, orang tua akan lebih mudah menanamkan nilai-nilai moral yang berharaga kepada si anak.

Teori Bimbingan sekolah
Ditinjau dari teori bimbingan sekolah, kegiatan homeschooling ini akan membuat anak bersikap aktif dalam mengembangkan potensi mereka masing-masing. Sebagaimana disebutkan dalam teori intelegensi Gardner bahwa intelegensi setiap orang di setiap bidang berbeda. Dengan adanya program Homeschooling ini, potensi anak bisa dikembangkan secara maksimal sehingga anak nantinya akan sangat menguasai bidang yang sangat diminatinya yang nantinya akan sangat bermanfaat bagi si anak. Kondisi ini tentu saja berbeda dimana anak sekolah di sekolah reguler yang mengajarkan semua mata pelajaran, baik yang anak itu sukai ataupun tidak secara terstruktur. Hal ini mengecilkan kemungkinan anak untuk mengembangkan potensinya secara maksimal dan pada akhirnya anak akan lebih sulit untuk menonjolkan keunggulannya.


Pembahasan Fenomena Kedua (IPA & IPS):
Berdasarkan artikel tersebut bisa kita lihat bahwa adanya pemisahan kelas menjadi IPA dan IPS merupakan suatu fenomena pendidikan yang masih diperdebatkan hingga sekarang. Adanya mindset orang yang mengangap bahwa IPA lebih baik, anak IPA lebih pintar dan sebagainya dimana dikatakan bahwa IPA itu lebih unggul daripada IPS. Sebenarnya perlu diketahui bahwa mindset seperti tersebut tidaklah tepat.

Teori Psikologi Pendidikan
Ditinjau dari teori psikologi pendidikan, ada banyak hal yang mempengaruhi seorang anak memilih jurusan IPA atau IPS, seperti motivasi dan kemampuan atau minat belajarnya.
  • Teori motivasi. ada 2 macam motivasi dalam meraih sesuatu yaitu motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi mencapai tujuan untuk sendiri, sedangkan motivasi ekstrinsik adalah melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain. Dalam memilih sebuah jurusan bisa saja seorang anak dipengaruhi faktor intrinsik, misalnya dia memilih jurusan IPS karena dia senang akan pelajaran sosial. Sedangkan apabila dipengaruhi faktor ekstrinsik, bisa saja karena ada tuntutan dari orang tuanya dia seorang anak memilih jurusan IPA padahal dia sangat tidak suka pelajaran eksakta. Hal ini bisa membuat anak tersebut merasa tertekan dan bahkan bisa ketinggalan pelajaran apabila dia memang tidak tertarik akan pelajaran tersebut. Namun karena adanya tuntutan orang sekitar yang menganggap anak IPA lebih pintar membuat dia mmilih jurusan yang salah.
  • Minat atau keahlian pelajar. Menurut Gardner ada banyak tipe intelegensi spesifik atau kerangka pikiran yang mempengaruhi minat atau keahlian seseorang. Setiap individu dibedakan berdasarkan keahliannya tersebut. Berkaitan dalam pemilihan jurusan, biasanya selalu dikatakan anak IPA intelegensinya lebih tinggi daripada anak IPS. Bisa dikatakan hal ini salah besar. Menurut Gardner intelegensi setiap orang tidak bisa dikatakan lebih tinggi atau lebih rendah karena keahlian setiap orang berbeda-beda. Anak yang keahlian matematikanya lebih dominan memang lebih cocok untuk memilih jurusan IPA, sebaliknya anak yang keahlian intrapersonalnya lebih baik mungkin lebih baik memang lebih cocok memilih jurusan IPS. Oleh karena itu tidak bisa dikatakan anak IPA pasti lebih pintar karena kemampuan setiap orang berbeda-beda dan tidak bisa dibanding-bandingkan.

Teori Pendidikan Keluarga
Ditinjau dari pendidikan keluarga, endidikan keluarga adalah proses transformasi prilaku dan sikap di dalam kelompok atau unit sosial terkecil dalam masyarakat. Keluarga merupakan lingkungan yang pertama dan utama dalam menanamkan norma dan mengembangkan berbagai kebiasaan dan prilaku yang penting bagi kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat. Fungsi pendidikan dalam keluarga tak terlepas dari peranan ayah dan ibu.Dalam keluarga biasanya terdapat pembianaan Intelektual serta kepribadian dan sosial.

Adapun tujuan pendidikan keluarga adalah pengembangan diri si anak. Pengembangan diri ini dibutuhkan untuk menghadapi tugas-tugas dalam kehidupannya sebagai pribadi, sebagai siswa, karyawan, profesional, maupun sebagai warga masyarakat. Pola asuh ank juga berkaitan dengan sifat anak. Ada 2 macam pola asuh, yaitu :
  • Pola asuh otoriter. Orang tua menentukan aturan-aturan dan mengadakan pembatasan-pembatasan terhadap perilaku anak yang boleh dan tidak boleh dilaksanakannya. Anak harus tunduk dan patuh terhadap orang tuanya, anak tidak dapat mempunyai pilihan lain. Orang tua memberikan tugas dan menentukan berbagai aturan tanpa memperhitungkan keadaan anak, keinginan anak, keadaan khusus yang melekat pada individu anak yang berbeda-beda antara anak yang satu dengan yang lain. Dalam hal pemilihan jurusan IPA atau IPS ini, apabila anak dengan pola asuh otoriter, biasanya akan memilih jurusan IPA dimana orang tua biasanya menganggap jurusan IPA lebih bagus masa depannya. Akhirnya anak akan melakukan perintah orang tua karena takut, bukan karena suatu kesadaran bahwa apa yang dikerjakan itu akan bermanfaat bagi kehidupannya kelak. Tidak jarang pulak hal ini akan mempengaruhi keadaan belajar si anak dan sering membuat anak yang tidak mampu menjadi stress.
  • Pola asuh bebas. Subjek asuh bebas, berorientasi bahwa anak itu makhluk hidup yang berpribadi bebas. Anak adalah subiek yang dapat bertindak dan berbuat menurut hati nuraninya. Orang tua membiarkan anaknya mencari dan menemukan sendiri apa yang diperlukan untuk hidupnya. Anak telah terbiasa mengatur dan menentukan sendiri apa yang dianggap baik. Orang tua hanya bertindak sebagai polisi yang mengawasi permainan menegur dan mungkin memarahi. Dalam pemilihan jurusan tersebut para pelajar yang pola asuhnya bebas akan bebas memilih mana yang mereka sukai dan bukan karena paksaan. Dalam menjalaninya pun pastinya mereka akan sepenuh hati karena keinginan mereka selalu didukung orang tua mereka.

Teori Bimbingan Sekolah
Ditinjau dari teori bimbingan sekolah, peran guru bimbingan penting untuk menyelenggarakan pendidikan yang utuh. Peran mereka yaitu membantu peserta didik mengenali potensi dan mengembangkan kepribadiannya. Dalam pemilihan jurusan tersebut guru pembimbing harusnya bisa mengenali potensi siswa-siswinya dan memberikan bimbingan agar mereka tidak salah pilih. Biasanya dalam pemilihan jurusan IPA, murid yang nilainya tidak mencukupi tidak akan bisa memilih jurusan tersebut dan biasanya murid yang nilainya tidak mencukupi akan terlempar ke jurusan IPA. Adanya patokan nilai seperti inilah yang membuat banyak orang menganggap anak IPA harus pintar untuk bisa masuk jurusan IPA. Peran guru disini adalah mampu membantu siswa memilih jurusan yang cocok dan memberi semangat bagi siswa yang nilainya kurang. Dalam bimbingan sekolah ini, guru juga harus bisa menjadi fasilitator yang baik. Perlu ditekankan juga guru perlu memberikan pengertian terhadap orang tua mengenai pemilihan jurusan yang baik dimana kadangkala ada orang tua yang ngotot ingin anaknya masuk ke jurusan tertentu yang padahal anaknya tidak mampu atau tidak ingin.


Pembahasan Fenomena Ketiga (Arah pendidikan yang perlahan berubah):
Seiring dengan perkembangan zaman, pendidikan di Indonesia mengalami perkembangan yang pesat. Ditambah dengan adalnya teknologi yang canggih, membantu ilmu pengetahuan tersebar dengan cepat. Namun di sisi lain, pendidikan juga mengalami krisis yang memprihatinkan. Mengapa bisa demikian? Karena lembaga pendidikan yang tadinya bertujuan untuk membawa manusia keluar dari lingkaran kebodohan dan mengajari manusia tentang budi pekerti (pendidikan emansipatoris), kini telah berputar haluan ke arah materialisitis. Sekolah yang dibangun, yang fungsinya agar kita dapat menguasai dan mengembangkan ilmu pengetahuan, berbudi pekerti luhur, telah berubah menjadi tempat untuk mempermudah manusia mendapat gelar, pekerjaan, jabatan tinggi bergaji besar, dan sebagainya. Fungsi pendidikan bukan lagi untuk mencapai emansipatoris, tetapi menciptakan generasi baru yang berorientasi duit dan menjadi robot-robot pekerja yang baik. Konsep pendidikan yang seperti ini akan menghambat mental kemanusiaan, spiritualitas, dan mentalitas-mentalitas generasi muda Indonesia. Akibatnya, muncul banyak orang-orang berinteligensi tinggi, tapi dengan tingkat moral yang rendah. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya koruptor lihai dan licik di Indonesia ini. Mereka menggunakan kepintaran mereka untuk menipu, tapi rasa kemanusiaannya seperti telah lenyap dari dalam dirinya.

Teori Psikologi Pendidikan
Ditinjau dari sudut pandang psikologi, pendidikan juga bukan hanya sekedar masalah ilmu pengetahuan saja, tetapi termasuk juga pendidikan moral. Beberapa tokoh yang mengaji masalah ini yaitu Jean Piaget, Lawrence Kohlberg, dan lainnya. Kohlberg fokus pada pendidikan moral dan banyak meneliti tentang pengajaran moral. Pendekatan Kohlberg dalam pendidikan moral disebut pendekatan kognitif-developmental. Asumsi dasar dari pendekatan model tersebut adalah:
  1. pendidikan moral memerlukan gagasan filosofis tentang moralitas,
  2. perkembangan moral melalui tahap-tahap kualitatif, dan
  3. rangsangan terhadap perkembangan moral didasarkan pada rangsangan terhadap pemikiran dan pemecahan masalah (John de Santo, 1995: 65).

Melalui pendidikan moral ini, diharapkan pendidikan di Indonesia tidak berhenti hingga tahap pengetahuan saja, tetapi juga pengajaran tentang budi pekerti dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

Teori Pendidikan Keluarga
Ditinjau dari teori pendidikan keluarga, sebagian besar keluarga juga sudah jarang memperhatikan masalah moral pada anak. ayah ibu kebanyakan sama-sama bekerja untuk menghadapi tuntutan zaman, shingga anak juga tidak begitu diperhatikan lagi. Apalagi untuk masyarakat ekonomi mengengah ke bawah, orang tuanya bahkan lebih ingin anaknya bekerja walupun belum cukup umur, daripada belajar di sekolah.

Teori Bimbingan Sekolah
Ditinjau dari teori bimbingan sekolah, John Dewey mengemukakan beberapa ide penting, yaitu:
  1. Anak dibimbing sebagai pembelajar aktif (active learner).
  2. Anak juga harus diajari cara untuk berpikir dan beradaptasi dengan dunia di luar sekolah.
  3. Semua anak berhak mendapat pendidikan selayaknya.

Fenomena pendidikan yang banyak terjadi di Indonesia yaitu banyaknya masyarakat yang masih belum mendapat pendidikan yang layak. Walaupun sudah ada dibangun sekolah gratis, namun masalah ini masih belum dapat diatasi sepenuhnya. Sebagian besar sekolah juga berorientasi untuk mengejar profit, sehingga melupakan tujuan utamanya yang seharusnya mencerdaskan seluruh anak bangsa.

Itulah pembahasan dari kami mengenai Fenomena-fenomena pendidikan yang ada. Sekian dan terimakasih.


Daftar Pustaka:
Kasus:
http://ndal.wordpress.com/2007/05/17/fenomena-pendidikan-mereka-ramai-ramai-ke-homeschooling/
http://www.cerita-ilmuku.co.cc/2011/01/fenomena-pendidikan-indonesia-2.html
http://zainurie.wordpress.com/2008/10/14/laskar-pelangi-dan-fenomena-pendidikan-kita/

Referensi Pembahasan:
Santrock., J.W. (2008). Psikologi Pendidikan (edisi kedua). Jakarta: Prenada Media Group
http://id.shvoong.com/medicine-and-health/alternative-medicine/1935058-untung-rugi-home-schooling-bagi/
http://www.masbow.com/2010/10/psikologi-pendidikan.html
http://blog.uny.ac.id/sudrajat/2010/07/30/values-clarification-dalam-pendidikan-moral/
http://linakura.multiply.com/journal/item/9
http://anakbanyumas.wordpress.com/2010/02/15/home-scholing-baik-buruk-alternatif-model-pendidikan-di-indonesia/
http://101301025s.blogspot.com/2011/01/apa-keuntungan-dan-kerugian.html

Read More..
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Google Talk