Steven. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

What do you think about my blog?

Apakah itu Paedagogi Praktis?

Anggota Kelompok:


Awal pemikiran munculnya paedagogi praktis berasal dari asumsi bahwa sebagai ilmu pengetahuan, hendaknya dapat membawa kesejahteraan untuk umat manusia khususnya dalam bidang pendidikan. Ada petuah yang mengatakan bahwa memberik kehidupan adalah hal yang baik, merawat kehidupan adalah pemberian kehidupan yang jauh lebih baik. Dalam perawatan kehidupan, alat yang terbaik adalah pendidikan. Paedagogi yang awalnya bersifat abstrak dan teoritis tidak dapat mencapai tujuan dari ilmu pengetahuan seperti yang telah disebutkan di atas. Paedagogi tidak sekedar membutuhkan pemahaman untuk mencapai tujuan tersebut, melainkan juga bagaimana cara mengaplikasikannya dengan tepat.

Bila kita bernostalgia; mendengarkan cerita orang tua, mengenai guru, ada kesan bahwa guru-guru pada abad ke-20 dianggap “benar-benar seorang guru” sebab guru pada abad ke-20 itu melaksanakan kewajibannya dengan baik dan terarah. Ilmu yang mereka miliki dapat disalurkan kepada muridnya dengan baik. Tanggung jawab sebagai seorang guru benar-benar dilaksanakannya, yaitu memahamkan muridnya mengenai materi yang diajarkan, walaupun kadang-kadang terlalu tegas hingga harus “main pukul.”

Bertolak belakang dengan abad ke-20, guru pada abad ke-21 kebanyakan takut berhadapan dengan orang tua murid. Bila murid bermasalah, kebanyakan guru tidak berani memberikan hukuman seperti pada abad ke-20 sehingga murid juga tidak terlalu takut dengan gurunya. Akibatnya, kebanyakan murid tidak memperhatikan dengan baik ketika suatu materi sedang diterangkan oleh guru. Hal ini tentu mempengaruhi pemahaman murid dimana banyak sekali murid yang tidak paham tentang materi tersebut yang membuat para murid harus mengikuti les privat untuk mendapatkan pemahaman lebih.

Selain itu, kebanyakan guru-guru pada abad ke-21 juga lebih berfokus pada gaji yang mereka dapatkan. Hal ini membuat para guru menjadi lupa tentang tanggung jawab mereka yang sebenarnya, yaitu memahamkan suatu materi kepada murid-muridnya. Guru-guru yang berfokus pada gaji mereka cenderung tidak memperhatikan tanggung jawab tersebut. Mereka hanya memberikan materi secukupnya dan tidak mempedulikan apakah murid-muridnya sudah benar-benar paham atau belum. Hal tersebut terjadi karena mereka hanya ingin mendapatkan gaji dari pekerjaan mereka sebagai guru dan tidak benar-benar mempunyai jiwa untuk menjadi seorang guru yang benar-benar profesional yang lebih mengutamakan tanggung jawab daripada gaji yang didapatkan.

Seiring perkembangan pengetahuan dan teknologi, guru dituntut untuk tidak hanya memiliki pemahaman dalam ilmu yang diajarkan kepada anak muridnya, tetapi juga kemampuan untuk dapat mengkonkritkan konsep pemikirannya akan pengajaran yang secara konvensional bersifat abstrak. Konkritnya pemikiran guru akan memudahkan kedua belah pihak baik guru itu sendiri maupun anak murid yang dia ajarkan. Guru akan dengan mudah mentransformasikan ilmunya sehingga ilmu tersebut dapat dikemas secara sederhana namun padat dan tepat sasaran untuk anak muridnya. Dengan demikian, guru akan menjadi lebih efektif dan efisien dalam pengajaran sehingga pemahaman murid pun bisa lebih maksimal.

Konkritnya ilmu pengetahuan oleh guru, dalam hal ini adalah paedagogi, seharusnya diikuti oleh berkembangnya teknik pengajaran guru tersebut. Dari sisi pandang ini, guru seharusnya tidak lagi hanya sebagai pengajar, melainkan juga sebagai pembelajar. Dan seiring dengan pembelajarannya, guru akan memperoleh teknik-teknik pengajaran yang cocok dengan dirinya sendiri maupun dengan muridnya. Dengan teknik pengajaran tersebut, diharapkan proses belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif dan efisien bagi guru maupun muridnya.

Jadi, kesimpulannya adalah paedagogi pada awalnya hanya bersifat konseptual dan abstrak. Oleh karena itu, guru yang baik perlu mengkonkritkan konsep-konsep paedagogi tersebut sehingga dapat membantu mereka dalam melaksanakan tanggung jawabnya dengan baik, yaitu memahamkan murid-muridnya. Disinilah terletak arti dari paedagogi praktis tersebut, yaitu menerapkan ilmu-ilmu paedagogi yang awalnya abstrak dalam praktek kehidupan sehari-hari.

Daftar Pustaka:
Danim, Sudarwan. (2010). Pedagogi, Andragogi dan Heutagogi. Bandung: Alfabeta

Read More..
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Paedagogi Praktis Abad 21

Paedagogi banyak didiskusikan pada abad ke-21, bahkan sampai diberikan nama Paedagogi Abad ke-21 yang dikenal juga sebagai paedagogi progresif (progressive paedagogy). Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk TIK memang telah melahirkan perubahan besar dalam pola pembelajaran. Bahkan, belakangan pun telah lahir paradigma baru pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Sebagai ilmu atau teori dan seni atau praktik mengajar, paedagogi dapat dikategorisasikan dalam paedagogi teoritis dan paedagogi praktis. Nah! Dalam posting kali ini, akan dibahas mengenai apa itu paedagogis teoritis maupun paedagogi praktis. So, Check it out Guys. =)


Terdapat 2 jenis kategori paedagogi, yaitu:
  1. Pengetahuan paedagogis formal yang bermakna paedagogi teoritis atau ilmiah ==> upaya mengembangkan prinsip-prinsip dan teori-teori paedagogi yang efektif melalui penelitian yang sistematis, abstrak dan umum.
  2. Pengetahuan paedagogis vernakular yang bermakna paedagogi praktis ==> upaya menerapkan prinsip-prinsip dan teori-teori paedagogi dalam proses pengajaran.


Menurut Carpaenter (2001), ada 2 fungsi penelitian paedagogis, yaitu:
  1. Untuk menghasilkan pengetahuan baru tentang pengajaran dan pembelajaran ==> melahirkan paedagogi teoritis
  2. Untuk memungkinkan guru atau pendidik memahami, menjelaskan, membela, membenarkan, dan bila perlu memodifikasi paedagogi ==> melahirkan paedagogi praktis


Tidak ada perbedaan yang jelas antara paedagogi praktis dan paedagogi ilmiah. Meski demikian, perlu diingat bahwa praktik paedagogi yang baik harus didasari oleh teori paedagogi yang sudah teruji. Bagi guru-guru (pendidik), kekuatan paedagogi ilmiah adalah membuat pembelajaran semakin praktis dilihat dari konsep teoritis karena teori merupakan sesuatu yang paling praktis. Contoh: Psikolog yang menangani klien tanpa teori, maka dapat dipastikan kondisi psikologis klien tidak akan sembuh atau bahkan menjadi lebih parah.

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa paedagogi ilmiah dan paedagogi praktis berhubungan satu sama lain dan keterhubungan ini sangat sulit untuk dipisahkan. Paedagogi ilmiah/teoritis tidak akan bermanfaat apa-apa jika tidak diterapkan dalam konteks pengajaran yang sesungguhnya dan paedagogi praktis juga haruslah didasari oleh paedagogi ilmiah yang sudah teruji agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dalam praktiknya.

Daftar Pustaka:
Danim, Sudarwan. (2010). Pedagogi, Andragogi dan Heutagogi. Bandung: Alfabeta

Read More..
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Paedagogi Teoritis dan Prinsip-prinsip Paedagogis

Hello..^^

Dalam posting kali ini, akan dijelaskan mengenai "apa sajakah prinsip-prinsip dari proses paedagogis?" dalam posting sebelumnya, sudah dijelaskan bahwa paedagogi adalah ilmu atau seni dalam menjadi seorang guru (Selengkapnya lihat Paedagogi Pertemuan Kedua). Tapi, sebelum membahas mengenai apa saja prinsip-prinsip paedagogis tersebut, tentu saja akan dijelaskan terlebih dahulu mengenai "apa yang dimaksud dengan prinsip-prinsip paedagogis?" So, Check it out.. :D 

Prinsip-prinsip proses paedagogis adalah tesis dasar psikopaedagogis, pada arah paedagogis yang menjadi standar dan prosedur tindakan untuk menentukan dasar paedagogis yang paling penting dalam proses pendidikan kepribadian.
Beberapa prinsip-prinsip paedagogis menurut Addine (2001) adalah
  • Kesatuan karakter ilmiah dan ideologis dari proses paedagogis ==> setiap proses paedagogis harus terstruktur berdasarkan temuan yang paling maju di bidang sains kontemporer dan dalam korespodensi total dengan ideologi kita.
  • Kaitan antara kehidupan dan pekerjaan sebagai kegiatan yang mendidik manusia ==> setiap konten yang pembelajar ambil di sekolah haruslah berguna dalam kehidupan sehari-hari, kini dan kelak.
  • Kombinasi karakter kolektif dan individual pendidikan, serta penghormatan terhadap kepribadian siswa ==> Jika proses paedagogis terjadi dalam konteks sekelompok orang, maka setiap anggota seharusnya memiliki kekhususan unik yang membedakan dia dari yang lain dan memiliki hak untuk dipertimbangkan dan dihormati juga.
  • Kesatuan pengajaran, pendidikan dan perkembangan proses ==> ketika seseorang menempuh pendidikan dia harus menjalani proses pembelajaran yang baik yang akan membuat dia mencapai keterdidikan, dalam makna terwujudnya pencapaian jaminan pengembangan pribadi.
  • Domain kognitif dan afektif tidak bisa berada dalam suasana yang kering ==> proses paedagogis harus terstruktur berdasarkan kesatuan dan hubungan antara kondisi manusia (kemungkinan mengetahui dunia sekitarnya dan dunia sendiri serta pada saat yang sama perasaan dan tindakan kemungkinan menjadi terpengaruh oleh dunia itu.
  • Masing-masing subsistem aktivitas, komunikasi, dan kepribadian saling terkait satu sama lain ==> aspek kepribadian dibentuk dan dikembangkan atas aktivitas dan melalui proses komunikasi.

Daftar Pustaka:
Danim, Sudarwan. (2010). Pedagogi, Andragogi dan Heutagogi. Bandung: Alfabeta 

Read More..
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Kaitan Paedagogi dan Paradigma Belajar

Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak bisa terlepas dari proses belajar. Setiap individu tetap akan mengalami proses belajar dimulai dari kelahirannya sampai pada kematiannya. Salah satu tempat dimana individu bisa belajar adalah di sekolah. Dalam sekolah, biasanya terdapat interaksi guru sebagai pengajar dengan siswa di kelas. Dalam kaitannya dengan interaksi antara guru dengan siswa, terdapat beberapa istilah yang relevan yang sering disalahartikan oleh masyarakat, yaitu mengajar, belajar, pengajaran, dan pembelajaran. Berikut ini, akan dijelaskan pengertian dari istilah-istilah tersebut sehingga istilah tersebut tidak lagi disalahartikan dan dapat dipergunakan secara tepat. Selain itu,pada bagian akhir posting ini, akan disajikan lima strategi mengajar agar peran guru dapat menjadi lebih efektif. So, Check it out Guys.. ^^

Terdapat beberapa istilah yang releven dalam kaitannya dengan masalah interaksi guru dengan siswa di kelas, yaitu:
  • Mengajar, merujuk pada tugas utama guru di dalam kelas
  • Belajar, merujuk pada tugas utama siswa, baik di dalam ,maupun di luar kelas. Akan tetapi, istilah belajar tidak hanya diperuntukkan kepada siswa. Guru pun harus tetap belajar atau menjadi pembelajar, sama seperti halnya pada siswa.
  • Pengajaran, bermakna interaksi guru dengan siswa, namun peran guru lebih dominan.
  • Pembelajaran, bermakna interaksi guru dengan siswa, namun keduanya memiliki peran penting, bahkan condong mengarah pada student centered.

Dari penjelasan diatas, dapat terlihat bahwa terdapat perbedaan pengertian dari masing-masing istilah tersebut. Walaupun semua istilah tersebut mempunyai kata dasar yang sama, tetapi perlu diingat bahwa istilah-istilah tersebut mempunyai pengertian yang berbeda.

Perlu diketahui bahwa setiap guru mempunyai strategi mengajar yang berbeda-beda dan hal tersebut didsari pada paradigma yang berbeda mengenai cara siswa belajar. Asumsinya adalah bahwa yang pembelajaran yang lebih akan terjadi ketika guru mulai mendapatkan pemahaman yang prima tentang bagaimana kegiatan belajar terjadi. Seorang guru akan menjadi lebih efektif bila dia secara sadar memilih untuk menggunakan strategi mengajar, memperluas pembendaharaan strategi, dan ahli dalam menggunakan strategi tersebut. Adapun lima strategi mengajar tersebut adalah sebagai berikut:
  1. Strategi 1: Pelatihan dan pelatihan lanjut, yaitu mengembangkan keterampilan dasar dan lanjutan dengan tujuan yang jelas, melaksanakan pembelajaran dengan langkah-langkah tertentu, dan memperkuat setiap kemajuan. ==> didasari oleh hasil temuan psikologi perilaku.
  2. Strategi 2: Ceramah dan menjelaskan, yaitu menyajikan informasi dengan cara yang dapat dipahami, mudah diproses, dan diingat. ==> didasari oleh hasil temuan psikologi kognitif.
  3. Strategi 3: Mencari dan menemukan, yaitu pembelajaran keterampilan berpikir, pemecahan masalah, dan kreativitas melalui penyelidikan dan penemuan. ==> didasari oleh hasil temuan tentang proses berpikir dan penelitian psikologis pada penalaran dan kreativitas.
  4. Strategi 4: Kelompok dan tim, yaitu berbagi informasi, bekerja secara kooperatif pada pembelajaran proyek, serta mengeksplorasi sikap, pendapat, dan keyakinan melalui proses kelompok. ==> didasari oleh temuan tentang komunikasi kelompok dan tim.
  5. Strategi 5: Pengalaman dan refleksi, yaitu mengaktifkan siswa untuk merefleksikan pembelajaran yang terjadi di lingkungan kerja, magang, studi wisata, atau kegiatan di luar ruangan. ==> didasari oleh hasil temuan teori belajar holistik dan teori-teori konseling yang memfasilitasi wawasan dan pemahaman diri.

Kelima strategi mengajar tersebut menyediakan kerangka kerja konseptual yang berguna untuk mengorganisasikan kegiatan pembelajaran. Kelimanya dapat digunakan dengan materi pelajaran dalam pengaturan apapun dan di setiap kelompok usia siswa, bahkan juga untuk siswa perguruan tinggi.

Daftar Pustaka:
Danim, Sudarwan. (2010). Pedagogi, Andragogi dan Heutagogi. Bandung: Alfabeta

Read More..
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Paedagogi Pertemuan Kedua

5 Maret 2012..

Tanggal tersebut merupakan hari pertemuan kedua untuk salah satu mata kuliah yang kuambil di semester 4 di Fakultas Psikologi USU, yaitu Paedagogi. Sebelum membahas mengenai pertemuan tersebut, saya akan menjelaskan sedikit pengertian dari paedagogi itu sendiri. Paedagogi adalah ilmu atau seni dalam menjadi seorang guru. Istilah ini merujuk pada strategi pembelajaran atau gaya pembelajaran. Dengan kata lain, paedagogi juga membahas mengenai bagaimana cara seorang guru mengajar atau seni mengajar (the art of teaching).


Dalam pertemuan kedua mata kuliah Paedagogi, materi yang seharusnya dibahas bersama dengan dosen adalah mengenai "Seni dan Ilmu Mengajar." Akan tetapi, jalannya perkuliahan pada pertemuan tersebut sungguh tidak biasa. Dosen pengampu bukannya memberikan ceramah ataupun mengajak diskusi mengenai topik tersebut, tetapi malah meminta kita semua sebagai peserta didik untuk membuka website EditGrid. Saya sama sekali tidak pernah membuka website tersebut, bahkan saya tidak pernah mendengar informasi sedikitpun mengenai website tersebut. Kami pun diajarin oleh Beliau untuk mendaftarkan diri di website tersebut supaya dapat memanfaatkan fasilitasnya. Setelah berhasil membuat account di website tersebut, kami pun kembali mengikuti instruksi yang diberikan oleh Beliau dan pada akhirnya kami diminta untuk mengesplorasi sendiri website tersebut. Walaupun cukup membingungkan, tetapi proses eksplorasi tersebut benar-benar menyenangkan. Setelah cukup bereksplorasi di dalam website EditGrid, kami pun kembali diminta oleh dosen pengampu untuk membuka website e-learning USU. Sama seperti sebelumnya, kami mengikuti instruksi Beliau untuk melakukan registrasi ataupun login. Setelah itu, kami diminta untuk bergabung dalam conference chat yang difasilitasi oleh website e-learning USU. Akan tetapi, kami semua mengalami kesulitan ketika ingin memasuki room chat tersebut karena cara dosen untuk masuk ke dalam room chat berbeda dengan cara yang harus dilakukan mahasiswa. Kami pun lagi-lagi bereksplorasi sendiri untuk mencari cara memasuki room tersebut. Akhirnya, salah satu peserta didik berhasil mendapatkan cara memasuki room chat tersebut. Kami pun langsung mengikuti caranya tersebut dan.... Well done!! Semua peserta didik MK Paedagogi berhasil berada dalam satu room chat yang sama dan bisa berdiskusi. Tak beberapa lama kemudian, perkuliahan tersebut pun diakhiri. Lalu, apa yang kami dapatkan dalam pertemuan perkuliahan tersebut??


Menurut saya, apa yang dilakukan oleh dosen pengampu dalam membawakan materi "Seni dan Ilmu Mengajar" lebih secara praktis daripada teoritis (seperti dengan cara ceramah dan diskusi). Menurut Prof. Dr. Sudarwan Danim, mengajar merupakan seni dan ilmu mentransformasikan bahan ajar kepada peserta didik pada situasi dan dengan menggunakan media tertentu. Dalam hal ini, dosen pengampu berusaha memberitahukan informasi mengenai website-website tertentu dan fasilitas-fasilitas yang dapat dimanfaatkan serta seni dari mengajar itu sendiri secara tersirat dan praktis. Walaupun website-website yang ditunjukkan oleh Beliau tidak mempunyai kaitan dengan topik yang seharusnya kami pelajari, tetapi Beliau sendiri telah menunjukkan seni mengajarnya kepada kami sebagai peserta didiknya. Beliau memberitahukan proses awal bagaimana kami harus berproses dalam website tersebut. Setelah itu, Beliau meminta kami semua untuk bereksplorasi sendiri dalam website tersebut. Cara mengajar seperti ini lebih sering dikenal dengan istilah Trial and Error. Kami diminta untuk mencoba bereksplorasi sendiri dalam website tersebut untuk menemukan cara bagaimana cara memanfaatkan fasilitas-fasilitas yang tersedia secara maksimal. Jika gagal, kami pun harus segera mencoba cara-cara lainnya untuk bisa menemukan jawaban tersebut.

Badan Nasional Standar Profesional Pengajaran di Amerika Serikat telah membuat rumusan yang baik tentang pengajaran, dimana pendidik memfasilitasi peluang belajar siswa tidak hanya sekedar menempatkan orang-orang muda di lingkungan edukatif, melainkan juga harus memotivasi, menangkap hati dan pikiran, serta melibatkan peserta didik secara aktif di dalam pembelajaran. Menurut saya, hal tersebut sudah dilakukan oleh Beliau di dalam kelas MK Paedagogi pada hari itu. Mahasiswa benar-benar sangat aktif di dalam proses pembelajaran dimana mereka berusaha keras untuk menemukan cara memanfaatkan fasilitas-fasilitas yang ada dalam website tersebut, terutama ketika berusaha memasuki chat room yang difasilitasi oleh e-learning USU. Ketika salah satu peserta didik berhasil memasuki chat room tersebut, dosen pengampu justru memberikan kesempatan kepada peserta didik tersebut untuk menberitahukan secara langsung kepada peserta didik yang lain. Hal ini membuktikan bahwa Beliau berusaha untuk membuat peserta didiknya seaktif mungkin dan kejadian ini juga memberikan pengalaman praktek mengajar secara langsung pada peserta didik tersebut.

Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa dosen pengampu lebih memilih untuk membawakan materi secara praktis karena hal tersebut akan lebih merangsang peserta didik untuk menjadi aktif dan lebih dapat mengerti mengenai materi yang ingin disampaikan. Selain itu, proses perkuliahan seperti ini benar-benar sangat menyenangkan dan tidak membosankan. Ditambah lagi, selain materi "Seni dan Ilmu Mengajar" yang seharusnya kami pelajari pada hari itu, kami juga mendapatkan banyak informasi-informasi lain, seperti website-website baru dan fasilitas-fasilitasnya yang akan sangat membantu kami nantinya, terutama dalam menjalani proses perkuliahan.

Daftar Pustaka:
Danim, Sudarwan. (2010). Pedagogi, Andragogi dan Heutagogi., Bandung: Alfabeta

Regards,

Steven (10-025)

Read More..
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Google Talk