Steven. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

What do you think about my blog?

Ujian Akhir Semester Paedagogi T.A. 2011/2012 Semester Genap

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

6 komentar:

psipddk3sks mengatakan...

1. Coba baca buku referensi halaman 103 paragraf kedua. Ada pernyataan bahwa 'kekuatan paedagogi ilmiah adalah membuat pembelajaran semakin praktis dilihat dari prisma konsep teoritis'. Silahkan beri argumentasi anda tentang hal di atas berkaitan dengan fenomena micro teacning yang anda lakukan.

Steven mengatakan...

Kekuatan paedagogi ilmiah adalah membuat pembelajaran semakin praktis dilihat dari prisma konsep teoritis artinya adalah cara dimana pendidik bisa mengaplikasikan konsep-konsep teoritis paedagogi dalam pembelajaran nyata sehingga dapat melahirkan pembelajaran yang lebih maksimal sehingga menghasilkan hasil yang maksimal juga untuk peserta didiknya. Maksudnya adalah bagaimana seharusnya para guru maupun pendidik bisa mengaplikasikan teori-teori paedagogi dalam pengajarannya. Dengan kata lain, seharusnya para pendidik bisa menguasai dan memahami arti dari konsep-konsep teoritis paedagogi sehingga pendidik bisa menerapkan pengajaran yang efisien sesuai dengan konsep teoritis yang ada. Jika pendidik tidak memahami dan menerapkan konsep teoritis dalam proses pengajarannya, maka proses pengajaran yang dilakukan pendidik menjadi tidak ada dasarnya, seperti ketika pilot ingin mengendarai pesawat terbang tapi tidak pernah mempelajari teori-teori tentang menjadi seorang pilot, maka bisa dipastikan pesawat tersebut akan jatuh dan mengalami kecelakaan. Efek yang sama tentu saja akan berlaku bagi pendidik dalam proses mengajar. Dalam hal ini, kemungkinan peserta didik tidak akan memahami apapun materi yang diajarkan, tidak tertarik untuk mengikuti pelajaran dan lain sebagainya. Dampak yang sama juga akan dialami oleh pendidik dimana pendidik akan kehilangan arah dalam mengajar, tidak mampu mengendalikan peserta didik dan suasana kelas dan lain sebagainya. Intinya semua proses pembelajaran akan menjadi kacau dan tidak akan membuahkan hasil seperti yang diinginkan oleh pendidik maupun peserta didik. Oleh karena itu, guru ataupun seorang pendidik seharusnya dapat memberikan pengajaran dengan berpedoman pada “prisma konsep teoritis”, yaitu kumpulan atau kesatuan konsep teoritis yang dalam hal ini adalah teori paedagogi.

Berkaitan dengan tugas micro teaching yang dilakukan, dapat dikatakan bahwa micro teaching tersebut dijadikan sebagai sarana untuk menerapkan konsep-konsep teoritis yang telah kami dapatkan ke dalam proses pengajaran nyata. Dalam micro teaching, kami tidak melakukan proses pengajaran yang sama sekali tidak ada dasarnya, tetapi kami menerapkan konsep-konsep teoritis dalam prakteknya. Adanya perencanaan dan pemahaman dasar-dasar teori dari paedagogi membuat kami tidak kehilangan arah ketika pelaksanaannya. Keseluruhan proses yang kami laksanakan di micro teaching merupakan rancangan kegiatan yang berdasar pada teori-teori paedagogi. Hal ini terbukti dari bagaimana kami memberikan materi dengan memperhatikan bagaimana seni mengajar yang baik, cara mengajar yang seperti apa yang sesuai untuk peserta didik, bagaimana merangsang anak-anak untuk turut aktif dalam pembelajaran, bagaimana menjadi guru yang baik dan lain sebagainya. Adanya perencanaan yang berdasar pada teori tersebut membuat kami lebih “mantap” dalam pelaksanaan micro teaching tersebut sehingga hasil yang kami dapatkan pun tidak mengecewakan. Jika pelaksanaan yang dilakukan tidak berdasar atas teori, maka bisa dipastikan proses pelaksanaan akan berjalan sangat kacau dan tidak akan membuahkan hasil apa-apa. Kesimpulannya, micro teaching yang kami laksanakan telah menjelaskan dan memahamkan kepada kami arti dari konsep “kekuatan paedagogi ilmiah adalah membuat pembelajaran semakin praktis dilihat dari prisma konsep teoritis.”

psipddk3sks mengatakan...

2. Coba uraikan lebih detail berkaitan teori yang digunakan pada micro teaching kelompok micro teaching anda sehingga keberadaan sudut pandang paedagogi ilmiah tersebut dapat dijelaskan juga memang menjadi nyata dalam konteks prisma konsep teoritias

Steven mengatakan...

Teori yang digunakan oleh kelompok dalam proses micro teaching diantaranya adalah teori mengenai seni dan ilmu mengajar, teori guru yang baik dan paedagogi praktis. Ketiga teori tersebutlah yang mendasari proses micro teaching yang kelompok lakukan dimana kelompok mulai bergerak dari teori paedagogi praktis. Paedagogi praktis sendiri adalah upaya menerapkan prinsip-prinsip dan teori-teori paedagogi dalam proses pengajaran (Danim, 2010). Dengan berlandaskan pemahaman atas hal tersebut, kelompok menyadari bahwa untuk melaksanakan proses micro teaching yang baik diperlukan teori-teori paedagogi sebagai guidelinenya. Fungsi dari guideline ini adalah untuk mengarahkan proses micro teaching agar micro teaching yang dilakukan dapat membuahkan hasil seperti yang kelompok inginkan.

Guideline yang digunakan kelompok berpedoman pada kedua teori selanjutnya yaitu teori guru yang baik dan juga seni dan ilmu mengajar. Menurut Danim (2010), seorang guru yang baik memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
• Memiliki kesadaran akan tujuan
• Memiliki harapan akan keberhasilan bagi semua siswa
• Mentoleransi ambiguitas
• Menunjukkan kemampuan beradaptasi dan berubah untuk memenuhi kebutuhan siswa
• Merasa kurang nyaman jika kurang mengetahui
• Mencerminkan komitmen pada pekerjaan mereka
• Belajar dari berbagai model
• Menikmati pekerjaan dan siswa mereka sendiri.

Sebelum melakukan micro teaching, kelompok berusaha memahami terlebih dahulu ciri-ciri guru yang baik sesuai dengan yang dikemukakan oleh Danim. Kelompok berusaha menelaah 1-1 dari ciri-ciri yang disebutkan sehingga dalam proses pelaksanaannya, kelompok bisa menjadi pendidik yang baik bagi peserta didik. Walaupun kelompok tidak bisa menerapkan semua poin tersebut, ada beberapa ciri-ciri dan kualitas yang memang lebih kelompok tekankan dalam proses pelaksanaan micro teaching, seperti:
1. Memiliki kesadaran akan tujuan.
Dalam kegiatan micro teaching ini, kelompok sadar akan tujuan yang dimiliki. Tujuannya adalah dapat menambah pengetahuan mereka mengenai bahasa Inggris dan memudahkan mereka mempelajari bahasa Inggris sehingga dapat bermanfaat untuk ke depannya. Oleh karena itu, kelompok lebih memfokuskan diri untuk mengajari mereka bahasa Inggris.

2. Memiliki harapan akan keberhasilan bagi semua siswa.
Seperti yang kita ketahui bahwa bahasa Inggris sudah menjadi bahasa Internasional, maka kelompok sangat berharap dengan pelajaran yang kami ajarkan ini dapat bermanfaat untuk keberhasilan mereka dalam mencapai cita-cita. Oleh karena itu, kelompok terus berusaha mengajarkan kepada mereka materi yang belum bisa mereka kuasai. Dengan mengulangnya perlahan-lahan, akhirnya semua peserta didik dapat memahami apa yang kami ajarkan dalam micro teaching.

3. Mencerminkan komitmen pada pekerjaan mereka.
Kelompok berkomitmen untuk mengajar dengan baik dan mengeluarkan kemampuan sepenuhnya untuk mengajar mereka sesuai dengan kemampuan yang dimiliki semaksimal dan seoptimal mungkin. Hal ini ditunjukkan bagaimana kelompok berusaha meluangkan waktu beberapa jam untuk mengajari peserta didik sampai mereka benar-benar menguasai apa yang diberikan oleh kelompok.

4. Menikmati pekerjaan dan siswa.
Kelompok sangat enjoy dalam membawakan materi bahasa Inggris kepada mereka. Kelompok menikmati proses dan juga interaksi yang terjadi diantara pendidik dengan mereka semua. Walaupun cukup susah dalam mengajarkan materi tersebut kepada mereka, tapi pendidik terus berusaha untuk memahamkan materi tersebut kepada mereka. Hal tersebut karena pendidik sangat menikmati tugas mengajar tersebut dan tidak lupa dicerminkan dalam bentuk perilaku sehingga mereka merasakan kesungguhan pendidik dalam proses belajar mengajar.

Steven mengatakan...

Teori seni dan ilmu mengajar juga kelompok terapkan dalam proses micro teaching. Dalam hal ini, ketika kelompok mengajari kepada peserta didik juga bukanlah tidak ada dasarnya sama sekali. Sebelumnya, kelompok juga telah mempelajari mengenai teori seni dan ilmu mengajar tersebut. Sehingga ketika kelompok berhadapan langsung dengan peserta didik, pendidik bisa tahu kapan harus berimprovisasi, kapan harus memotivasi peserta didik, bagaimana cara merangsang mahasiswa agar lebih aktif dan lain sebagainya. Dalam hal ini, kelompok lebih menerapkan proses pengajaran yang menarik dan menyenangkan sehingga peserta didik bisa enjoy dalam belajar tetapi mengerti apa yang pendidik ajarkan. Dan cara untuk menciptakan suasana belajar tersebut lagi-lagi kembali ke teori seni dan ilmu mengajar dimana kelompok menerapkan cara mengajar yang langsung meminta peserta didik untuk praktek langsung. Selain itu, kelompok juga menjanjikan reward sebagai motivasi eksternal untuk merangsang keaktifan peserta didik. Kelompok juga selalu tersenyum ketika mengajari peserta didik dan sesekali tertawa bersama peserta didik untuk membuat suasana belajar menjadi menyenangkan dan tidak menegangkan.

Berdasarkan penjelasan-penjelasan tersebut, terlihat jelas bahwa konsep paedagogi ilmiah sangat penting dalam mendukung paedagogi praktis. Jika kelompok sama sekali tidak memahami apa-apa tentang teori paedagogi, maka bisa dipastikan apa yang menjadi tujuan kelompok dalam melaksanakan micro teaching tidak akan tercapai dan pelaksanaan micro teaching pun akan kacau karena tidak ada dasar yang mendasarinya.

Steven mengatakan...

Guru memiliki tugas tambahan untuk mendorong, memfasilitasi dan merangsang munculnya proses, membantu meyakinkan bahwa hal itu berkembang dalam arah yang menarik dan produktif bagi siswa artinya adalah guru tidak lagi hanya sebatas memahamkan materi kepada peserta didik dimana peserta didik bersikap pasif di dalam kelas. Dengan peserta didik yang pasif, maka akan ada “gap” yang cukup jauh diantara peserta didik dengan pendidik itu sendiri. Keadaan seperti ini tentu saja tidak akan membuahkan hasil pembelajaran yang maksimal. Oleh karena itu, seorang guru seharusnya juga mendorong, memfasilitasi dan merangsang munculnya proses. Proses dalam hal ini adalah terjadinya interaksi yang proaktif (kedua belah pihak terlibat dalam interaksi secara aktif dan berkesinambungan), produktif dan bermakna antara peserta didik dengan pendidik. Dalam hal ini, seorang pendidik seharusnya bisa memperkecil “gap” dengan peserta didiknya. Gap yang jauh diantara peserta didik dan pendidik tidak akan bisa menghasilkan interaksi yang proaktif dan hal tersebut tentu saja juga akan berdampak pada hasil pembelajaran. Besarnya gap ini bisa disebabkan karena masih adanya pandangan mengenai status “guru dan murid” dimana guru adalah seorang penguasa di dalam kelas. Pandangan-pandangan tersebutlah yang harus diubah sesuai dengan tuntutan zaman. Interaksi yang proaktif bisa terjadi jika guru sebagai pendidik menginginkan hal tersebut karena interaksi ini hanya akan bisa terjadi jika pendidik berusaha mendorong, memfasilitasi dan merangsang peserta didiknya di dalam kelas untuk memunculkan hal yang sama, yaitu berusaha membangun interaksi proaktif. Hubungan yang proaktif dan erat antara peserta didik dengan pendidik inilah yang akan membuat proses interaksi dalam kelas menjadi lebih produktif dan menarik serta tidak monoton bagi kedua belah pihak.

Hal ini tentu saja kelompok terapkan dalam pelaksanaan micro teaching. Buktinya bisa dilihat dari bagaimana kelompok berusaha untuk membangun rapport terlebih dahulu dengan peserta didik agar lebih bisa saling mengenal. Karena jika sampai ada “gap” yang jauh diantara kelompok dengan peserta didik, maka kelompok pasti akan sangat kesulitan dalam mengajak peserta didik untuk aktif dalam proses pengajaran. Kelompok lebih memilih pola pengajaran yang membuat peserta didik lebih aktif karena dengan begitu, interaksi proaktif lebih bisa dibangun daripada hanya sekedar menyuruh peserta didik untuk duduk diam dan mendengarkan. Selain itu, kami selalu memanggil mereka dengan nama mereka dan bukan dengan cara menyebut “kamu” sehingga mereka bisa merasa bahwa mereka dihargai dalam proses tersebut. Hal-hal tersebut kelompok lakukan agar peserta didik lebih bisa leluasa dan terbuka dalam berinteraksi dengan kami. Dengan begitu, apa yang kami ajarkan pastinya akan lebih dapat dipahami oleh mereka.

Dari penjelasan di atas, terlihat bagaimana kelompok sudah berusaha untuk memperkecil gap diantara peserta didik dan kelompok dengan menerapkan proses pengajaran yang menuntut keaktifan peserta didik. Ditambah lagi, kelompok memanggil mereka dengan menyebutkan nama. Hal-hal tersebut merupakan cara-cara kelompok dalam mendorong, memfasilitasi dan merangsang peserta didik untuk bisa berinteraksi secara terbuka dan proaktif sehingga proses micro teaching yang dilakukan menjadi lebih menarik dan lebih produktif.

Posting Komentar

Google Talk